Prosumut
Ekonomi

Bertumbuhkah Ekonomi Jelang Pemilu?

PROSUMUT – Pada tahun 2018, kondisi pasar Indonesia mengalami volatilitas akibat dari sentimen negatif global yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan isu perang dagang antara AS dan China.

Hal tersebut diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2019. Pada tahun 2019 ini juga, Indonesia memasuki tahun politik di mana Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) akan dilangsungkan secara serentak pada 17 April mendatang.

“Kami melihat kondisi politik Indonesia saat ini masih cukup stabil menjelang pilpres dan pileg serentak pada April nanti. Walaupun tidak ada korelasi langsung antara peristiwa politik dengan performa ekonomi, namun tetap ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh para investor,” kata Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya, dikutip dari Marketeers.

Ia beralasan, perubahan struktur pemerintahan dapat berdampak pada kebijakan-kebijakan ekonomi sebuah negara. Tapi ia yakin pesta demokrasi di tahun ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi ekonomi di tanah air.

BACA JUGA:  Klaim Pertamina Terkait Stok BBM Aman di Medan Jangan hanya Omong Saja

Dari sisi perekonomian, CEO Schroders Indonesia, Michael Tjoajadi menjelaskan perekonomian global pada tahun 2018 cukup bergejolak dan penuh ketidakpastian, kondisi tersebut diprediksi akan terus berlanjut pada tahun 2019.

Sepanjang tahun 2018, kondisi perekonomian global banyak mempengaruhi pasar Indonesia antara lain sentimen negatif akibat isu perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat serta pelemahan rupiah, yang membuat Bank Indonesia (BI) turut menaikkan suku bunga acuannya.

BACA JUGA:  Realme C85 Series, Smartphone Tangguh dan Dapat Diandalkan di Kondisi Ekstrem

Meski demikian, Indonesia dapat menjaga pertumbuhan ekonominya tetap positif.

“Pada tahun 2019, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap positif didukung oleh pemulihan daya beli domestik,” tutur Michael.

Pasar modal Indonesia pun dikatakan mulai bergairah di mana para investor asing mulai kembali masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia.

“Namun, kita harus tetap waspada dengan kondisi ekonomi global yang dapat berimbas pada kondisi pasar domestik,” dia mengingatkan.

Sementara itu, Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya menilai setelah pasar Indonesia pada 2018 terimbas negatif oleh sentimen global, seperti kenaikan suku bunga acuan AS dan friksi perang dagang antara AS dan Tiongkok.

BACA JUGA:  Pertamina Patra Niaga Sumbagut Perkuat Upaya Pemulihan Sibolga dengan Dukungan Energi

Kondisi ekonomi pada tahun ini diperkirakan akan lebih baik. Hal ini didukung oleh sikap The Fed yang melunak dalam menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun ini dan harapan membaiknya hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok setelah pertemuan di G20.

“Namun, tantangan yang akan dihadapi adalah kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi setiap negara termasuk Indonesia,” pungkasnya. (editor)

Konten Terkait

10 Negara Produsen Sawit Terbesar Dunia, Termasuk Indonesia

Editor prosumut.com

Mulai Besok, Tarif Bea Masuk dan PPN Barang Kiriman Luar Negeri Naik

Editor prosumut.com

Laporan Perekonomian Indonesia 2024, BI Optimis Kinerja Ekonomi Lebih Baik

Editor prosumut.com

Pandemi, Kinerja BSM Tumbuh Positif di Sumut

admin2@prosumut

Medan Digifestival 2024, Tingkatkan Instrumen Pembayaran Digital

Editor prosumut.com

Meski Terus Melambung, Harga CPO Belum Ditopang Fundamental Kuat

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara