PROSUMUT – Nilai tukar rupiah dibuka menguat 6 poin dibanding penutupan kemarin di posisi Rp13.985 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Rabu 27 Februari 2019.
Kendati dibuka menguat, rupiah pada perdagangan pagi ini bergerak melemah. Hingga pukul 08.40 WIB, rupiah melemah 0,02 persen ke posisi Rp13.994 per dolar AS.
Sebagian mata uang utama Asia juga masih menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia tercatat menguat 0,1 persen, sementara won Korea Selatan menguat 0,08 persen. Yen Jepang dan Peso Filipina juga masing-masing menguat 0,05 persen.
Begitupun ada beberapa mata uang Asia lain yang melemah, seperti dolar Singapura dan baht Thailand yang masing-masing melemah 0,04 persen pagi ini.
Di sisi lain, mata uang negara maju juga perkasa melawan dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,04 persen, disusul euro sebesar 0,03 persen.
Di sisi lain, dolar Australia tidak menunjukkan pergerakan apapun terhadap dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan rupiah ini dipicu pernyataan Gubernur bank sentral AS The Fed, Jerome Powell, yang mengatakan otoritas moneter AS itu tidak akan buru-buru menaikkan suku bunga acuan di tahun ini.
Menurut Powell, saat ini ekonomi AS mengalami sinyal-sinyal ekonomi yang saling berlawanan, sehingga bank sentral perlu mencerna dulu kondisi yang terjadi.
Indikator yang menjadi perhatian Powell adalah data penjualan ritel yang mengecewakan dan aspek ekonomi lainnya yang berlawanan namun di sisi lain terjadi penguatan angka tenaga kerja dan pertumbuhan upah serta tingkat pengangguran yang melandai.
“Pasar berjangka menyiratkan pedagang bertaruh bahwa bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga sama sekali pada tahun 2019,” jelas Ibrahim, Rabu 27 Februari 2019.
Kendati bergerak melemah pagi ini, rupiah dinilai masih berpotensi menguat seiring masih ada angin segar dari hasil negosiasi perang dagang AS dan China, di mana Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menunda pengenaan tarif barang impor asal China. (*)