PROSUMUT – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menemukan beras yang berasal dari Bulog mulai berbau.
Hal itu ditemukannya saat melakukan peninjauan harga sejumlah bahan pokok di Pusat Pasar Kota Medan, Rabu pagi 4 Desember 2019.
Ketika meninjau, Edy didampingi sejumlah jajarannya dan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan, Veri Anggrijono.
Gubernur mengatakan agar hal ini jangan dijadikan polemik, sebab rakyat akan membeli beras. Karena itu pihaknya akan mencari jalan keluar yang terbaik.
“Bulog ini milik kita. Jadi harus sama-sama kita awasi ini. Begitu memadai stok sudah dipikirkan oleh pemerintah dan tidak ada masalah. Nah, kondisi ini yang hari ini kita jumpai maka akan kita pelajari, kita akan bawa sampel beras ke Jakarta,” ujarnya.
Edy mengatakan, temuan tersebut selanjutnya menjadi bahan evaluasi.
“Saat ini masih kita evalusi dulu bagaimana nanti dan bersama pak Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, karena ini hubungan dengan pusat, dimana kondisi yang kita lihat saat ini adalah riil (nyata),” jelasnya.
Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan, Veri Anggrijono mengatakan, pihaknya akan memastikan dahulu seperti apa kondisi di lapangan terkait hasil temuan ini.
“Kita akan koordinasikan dengan Bulog pusat maupun daerah. Karena saat kita tanyakan pada pihak Bulog beras yang mulai berbau ini baru setahun maka akan kita uji di laboratorium dulu apakah itu bisa dikonsumsi atau bagaimana akan kita pelajari ya,” kata Veri.
Sementara, salah satu pedagang beras bernama Acik Acuan (55) mengaku, beras Bulog yang dibelinya baru sekitar seminggu lalu.
Menurutnya, beras yang mulai berbau ini baru kali ini dia dapatkan. Maka, beras ini rencananya akan dikembalikan.
“Memang saya belinya enggak banyak untuk ukuran 30 kg ada 2 goni dan yang 5 kg ada 10 goni. Jadi, kalau bau begini saya mau tukarlah. Kalau untuk beras Bulog ini harga ecer saya jual Rp9.500 per kg sedangkan yang premium Rp10.000 diatas premium Rp12.500,” ungkap Acun pada wartawan. (*)