Prosumut
Hukum

Andi Arief, Penjaga Moral Partai yang Gagal Menjaga Moralnya

PROSUMUT – Di tengah tajamnya ‘jual-beli’ isu menjelang perhelatan Pilpres 17 April 2019, kabar menghentak datang dari Partai Demokrat.

Salah satu pentolan partai berlambang mercy yang terkenal kritis, tertangkap mengonsumsi narkoba bersama seorang perempuan cantik di kamar Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat, Minggu 3 Maret 2019 petang.

Andi Arief dikenal erat dengan Ketum Partai Demokrat SBY, dan di kalangan internal partainya tergolong ‘think thank’ yang kerap melontarkan pernyataan kontroversial via akun twitter-nya.

Dua diantaranya adalah twit dengan istilah ‘jendela kardus’ kepada Prabowo dan retwit atas tuduhan surat suara 1 kontainer yang sudah dicoblos untuk pasangan capres/cawapres petahana.

Namun tampaknya jiwa aktivis dan pemikiran kritis Andi tak diimbangi oleh perilaku moralnya di jalur politik.

Ia tertangkap dalam posisi jauh dari kesan seorang politikus yang aktif memikirkan kepentingan partai dan negara, justru pada saat Partai Demokrat tengah berada dalam situasi yang tak mapan dalam dinamika politik Pilpres 2019 pasca-pidato politik Ketua Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akhir pekan lalu.

Lantas siapakah sosok Andi?

Dilansir dati ragam sumber, sejarah mahasiswa 1998 mencatatkan nama Andi Arief dalam daftar aktivis prodemokrasi yang meneriakkan anti-Orde Baru.

Putra bungsu K.H. Arief Mahya-Mas Amah ini sejak kuliah di Ilmu Pemerintahan FISIP UGM aktif berorganisasi.

Andi memimpin sejumlah organisasi pergerakan mahasiswa, seperti kelompok Tegak Lima dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID).

Andi juga tercatat sebagai ketua umum Senat Mahasiswa FISIP UGM 1993–1994.

Organisasi memang bukan hal baru bagi Andi. Sejak di SMPN 2 Tanjungkarang, tokoh kelahiran Tanjungkarang, 20 November 1970 ini aktif di Organisasi Siswa Intrasekolah (OSIS) 1984–1987, dan OSIS SMAN 2 (1987–1989). Andi juga aktif di organisasi Islam, Pelajar Islam Indonesia (PII).

Sewaktu kuliah, Andi juga terlibat di penerbitan mahasiswa. Suami Defianty ini menjadi dewan redaksi majalah mahasiswa Sintesa, FISIP UGM. Ia juga pernah menjabat pemimpin umum Sintesa, 1994–1995.

Semasa kuliah, Andi Arief juga aktif menulis artikel di Lampung Post, Republika, Bernas, Jawa Pos, Surabaya Post, dan media massa lain. Tulisannya juga pernah diterbitkan majalah Prisma, yang menjadi salah satu terbitan ilmiah bergengsi di Tanah Air.

Keterlibatan Andi di dunia pergerakan kritis terbilang total. Tahun 1994, dia menjadi Dewan Pengurus Persatuan Rakyat Demokratik (PRD)–sebelum menjadi partai.

Pada tahun itu juga, dia menjabat ketua umum Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi (SMID) Cabang Yogyakarta. Kemudian, menjadi ketua umum Pengurus Pusat SMID tahun 1996.

Andi Arief juga tercatat sebagai aktivis Oposisi Indonesia (Opsi) tahun 1996. Menjadi presidium Pusat Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) tahun 1996.

Jejak kritis lelaki 38 tahun ini memang panjang. Pada masa itu, Andi termasuk aktivis garda depan yang meneriakkan demokratisasi dan gerakan anti-Orde Baru.

Pilihan beraktivitas ini juga yang menjadikan Andi sasaran penculikan 20 tahun lalu, persisnya 28 Maret 1998.

Seluruh media massa di Tanah Air menyorot peristiwa yang terjadi menjelang kejatuhan Presiden Soeharto itu.

Dua bulan sebelum Soeharto lengser, Andi yang waktu itu berusia 28 tahun diculik sekelompok orang tidak dikenal yang belakangan disinyalir anggota keamanan.

Bukan hanya Andi yang diculik, sejarah mencatat 13 aktivis prodemokrasi juga jadi korban penculikan pada waktu itu.

Di kancah politik praktis, Andi mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur Lampung periode 2009–2014.

Andi yang berpasangan dengan mantan Rektor Unila Prof. Dr. Muhajir Utomo tercatat sebagai salah satu pasangan calon gubernur dari jalur independen.

Muhajir-Andi juga tercatat sebagai pasangan cagub independen yang pertama pascaperubahan kedua UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah–bersama pasangan M. Sofjan Jacoeb-Bambang Waluyo Utomo.

Dirinya juga sempat menjabat salah satu komisaris PT Pos Indonesia. Tak hanya di dunia politik, Andi tercatat dalam kepengurusan Liga Sofbal Indonesia karena kiprahnya di dunia pukul bola terbilang sukses.

Andi yang menguasai tenis meja ini mengantar tim sofbal Smanda menjuarai Liga Sofbal Indonesia di Bandung tahun 2007.

Sayang sederet prestasi hebat itu tercoreng akibat ketidakmampuannya mengontrol diri. (*)

Konten Terkait

Eksepsi Ditolak, Terdakwa Muncikari Lemas

Editor prosumut.com

16 Pejabat Pemko Medan Belum Lapor LHKPN

Ridwan Syamsuri

Polisi Umbar Peluru di Depan Mapolres, Pengamat : Tak Sesuai Protap!

admin2@prosumut

Bentrok Rebutan Lahan di Labuhan; Massa Bayaran PT GHS Diminta Mundur

Ridwan Syamsuri

Putusan MK, Pilkada Labusel Diulang di 2 Kecamatan

Editor Prosumut.com

Kasus Pabrik Mancis Terbakar, Pengacara PT Kiat Unggul Bikin Hakim Jengkel

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara