PROSUMUT – “Hellboy” seharusnya menjadi tontonan yang menarik karena termasuk film yang juga ditunggu para penggemarnya di Indonesia.
Namun sayang, film yang dibintangi David Harbour dan Milla Jovovich ini justru menuai banyak protes dikarenakan terlalu banyak sensor.
Penonton pun menyalahkan Lembaga Sensor Film (LSF) karena banyaknya adegan yang dipotong di bioskop. Menurut mereka film itu justru menjadi seperti saat ditonton di televisi keluarga, bukan di bioskop.
Pembahasan terkait film ini pun ramai di Twitter. Selain itu, perdebatan juga terjadi karena perbedaan klasifikasi usia antara yang ditampilkan situs Lembaga Sensor Film Indonesia dengan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS) yang muncul di awal film.
Dari situs LSF, “Hellboy” mendapat kategori usia 21+ atau di atas 21 tahun. Sementara pada bumper awal film, Hellboy berkategori 17+ REV (revisi).
“Ga usah ditonton, nunggu rilis iTunes aja.. Baru aja mulai ada adegan motong2 pake pedang eeeh dipotong beneran sama @lsf_ri @cinema21 (potongnya kasar banget serasa nonton BiosopTransTipi). ga rela udh nunggu lama nih film rilis eeh kyk gini#Hellboy,” tulis seorang netizen.
“Kemarin nonton #Hellboy kecewa berat krn banyak adegan di cut, tapi ng-cut nggak alus. Tolong disuruh les cinematigrafi dulu. Yang nonton jadi males & nggak nyaman nonton. di awal2 aja udh di cut. jebule malah lbh diperpanjang lagi. dibanyak2in lagi,” tulis yang lain.
Semntara itu Ketua LSF, Ahmad Yani Basuki, menerangkan bahwa awalnya “Hellboy” memang lulus sensor dengan rating 21+. Namun rupanya pihak distributor meminta untuk menurunkan klasifikasi rating tersebut. Sehingga banyak adegan yang direvisi.
“Awalnya memang 21+, tapi yang punya film (PT. Prima Cinema Multimedia) mengajukan permohonan untuk menurunkan ke 17+. Karena itu, banyak hal yang direvisi,” ungkap Ahmad Yani.
Dia pun membantah LSF memotong film dengan kasar sehingga tidak enak dilihat. Menurutnya itu bukan pekerjaan mereka. Mereka hanya menerangkan mana yang akan direvisi dan itu dikerjakan oleh pemilik film. (*)