PROSUMUT – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara mencatat bahwa perekonomian Sumatera Utara menunjukkan ketahanan, meski dihadapkan pada perlambatan ekonomi global dan nasional.
Dikatakan Kepala Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara, Khoirul Muttaqien pada triwulan I tahun 2025, ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 4,67 persen (yoy), sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,87 persen (yoy).
“Namun secara kuartalan, ekonomi Sumut mengalami kontraksi sebesar 0,99 persen (q-to-q) akibat faktor musiman dan rendahnya realisasi belanja pemerintah di awal tahun,” katanya melalui keterangan tertulisnya, Selasa 15 Juli 2025.
Secara nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Perlambatan ini dipengaruhi oleh menurunnya belanja pemerintah, pelemahan investasi, serta berkurangnya permintaan global.
Di tingkat global, ketegangan perdagangan akibat kebijakan tarif Amerika Serikat turut meningkatkan ketidakpastian dan menyebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 dikoreksi menjadi 2,3 persen oleh Bank Dunia.
“Dari sisi pengeluaran, ekonomi Sumut masih ditopang oleh ekspor yang tumbuh signifikan sebesar 13,88 persen (yoy).
Konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tumbuh 5,35 persen. Sementara itu, konsumsi pemerintah hanya tumbuh 3,39 persen, dipengaruhi oleh kontraksi belanja barang dan modal,” ujarnya.
Sementara, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 1,23 persen, meski dibayangi oleh penurunan penjualan kendaraan dan kontraksi pada sektor belanja modal.
Impor tumbuh 5,02 persen, didorong oleh tingginya permintaan terhadap barang konsumsi, seperti makanan olahan dan pakaian.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicatat sektor Transportasi dan Pergudangan dengan 12,13 persen (yoy).
Sektor pertanian sebagai kontributor terbesar PDRB tumbuh 4,70 persen. Sektor industri pengolahan tumbuh 4,46 persen, terutama dari pengolahan hasil pertanian, meskipun dibayangi oleh lemahnya permintaan global dan fluktuasi harga komoditas.
“Sedangkan pada Sektor Konstruksi tumbuh tipis sebesar 0,87 persen, sedangkan sektor Akomodasi dan Makan Minum masih menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 6,42 persen,” katanya. (*)
Reporter: Nastasia
Editor: M Idris
