PROSUMUT – Empat partai baru bakal bertarung bersama 12 partai lainnya di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019. Mereka adalah Partai Berkarya, Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Baik partai baru maupun lama berjuang untuk lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) 4 persen. Khusus partai baru, bisa jadi upaya yang dilakukannya akan jauh lebih berat. Sebab, mereka masih belum memiliki pemilih loyal.
Namun, pengamat politik dari UIN Adi Prayitno menyebut saat ini masih ada sekitar 70 persen penduduk Indonesia yang belum menentukan partai politik. Menurut dia, partai-partai baru cukup terbuka merebut ceruk pemilih untuk lolos ke Senayan.
Bagaimana elektabilitas empat partai baru berdasarkan sejumlah lembaga survei? Simak sana infografisnya sepeti yang tersaji di atas.
PSI menjadi salah satu partai peserta politik baru yang diprediksi tak lolos parliamentary threshold). Tapi, partai besutan Grace Natalie itu tetap optimistis. Mereka tak mau berandai-andai jika partainya tidak lolos ke Senayan.
Demikian disampaikan oleh Juru Bicara PSI Rian Ernest ketika ditanyai soal survei yang belum menempatkan partainya lolos ke Senayan. Dia mengaku, partainya akan fokus bertarung terlebih dahulu di Pileg 2019.
“Sekarang masih fokus 2019. Kita akan politik maraton, kita tarung terus,” kata Rian.
Dia menambahkan, partainya juga memiliki strategi sendiri agar tetap dapat selamat untuk lolos ke Senayan. Caranya, dengan meningkatkan intensitas bertemu masyarakat.
“Kita akan lebih sering temu warga dan blusukan. Serta memasang billboard atau alat peraga kampanye sejenis lebih banyak, sepanjang sesuai dengan aturan KPU,” tukas Rian.
Pada survei yang dilakukan LSI pada 4-14 Oktober di 10 provinsi seperti Jabar, Jateng, jatim, Jakarta, Sumut, Banten, Sumsel, Riau, Lampung, dan Sulsel. PSI masih meraih suara sebesar 0,2 persen.
Kemunculan partai besutan Grace Natalie di sosial media dinilai belum berbanding lurus dengan elektabilitas partainya. Khusunya partainya juga belum memiliki party id alias pemilih loyal di masyarakat. (ed)