PROSUMUT – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) dr Sofyan Tan meminta kepada para orangtua mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah jalur aspirasi untuk berjanji dua hal.
“Pertama, orangtua harus berjanji untuk mengawasi anak-anaknya berkuliah serius, belajar keras hingga berhasil menjadi sarjana dengan prestasi yang baik.
Mengapa hal tersebut perlu ditekankan, karena jika ada mahasiswa yang tidak masuk kuliah tiga kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas, maka akan diberhentikan.
Akan lebih baik beasiswa tersebut dialihkan ke mahasiswa yang punya tekad dan kemauan kuat untuk berkuliah. Karena, masih ada ribuan orang dari keluarga miskin yang saat ini belum beruntung untuk bisa berkuliah,” ungkap Sofyan Tan pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKBM) Universitas Satya Terra Bhinneka, Jalan Sunggal Gg Bakul, Medan, Selasa 9 September 2025.
Kedua, lanjut dia, jika anaknya sarjana dan sukses, bantulah orang miskin karena penderitaannya.
“Bukan karena melihat latar belakang agama, suku dan ras. Ikuti jejak dr Sofyan Tan agar tidak ada lagi orang miskin yang kurang beruntung di sekitar kita,” tambahnya.
Sofyan Tan sempat mengungkapkan bahwa dalam sepekan terakhirnya dirinya banyak merenung, berpikir keras mengingat situasi politik dalam beberapa minggu belakangan.
Pasalnya, masyarakat hari ini sedang mencaci maki para anggota DPR RI. Hanya gara-gara kelakuan beberapa oknum anggota, seakan-akan seluruh anggota DPR adalah sama kelakuannya.
Dirinya merasa apakah cukup berhenti sampai di sini sebagai anggota DPR? Karena sepertinya 17 ribu anak dari keluarga miskin yang berhasil dikuliahkan gratis selama dirinya menjabat, hingga 3.700 sekolah dibantu beasiswa dan fasilitas sarana prasarannya seakan tidak ada artinya.
“Saya khawatir, apakah boleh saya mundur sekarang?” ucapnya disusul jawaban “Tidak, Pak. Jangan,” oleh ribuan peserta mahasiswa dan orangtua.
“Lalu siapa yang jaga rumah saya,” sambungnya.
“Kami pak. Kami siap menjaga bapak,” disambut undangan yang hadir.
Sofyan Tan pun mengungkapkan bahwa bapak ibu orangtua mahasiswa dan seluruh mahasiswa adalah saudara kandungnya. Karena sama-sama punya nasib serupa yakni berangkat dari latar belakang orang susah seperti dirinya dulu.
Karena itu, dia berpesan jangan menyerah dengan kemiskinan. Terus belajar dan bekerja keras hingga suatu saat bisa buktikan anak-anak yang kuliah hari ini mampu mengubah nasib keluarga jadi lebih baik.
“Bapak ibu adalah saudara kandung saya karena kita sama-sama dari keluarga yang susah.nJangan menyerah karena kemiskinan. Pacu semangat anak-anak agar belajar keras, buktikan bahwa kalian bisa mengubah nasib keluarga,” pungkas dia.
Sebelumnya, Achmad Fadil Ruru, seorang pengemudi ojek motor online spontan berdiri mengangkat kedua tangannya meminta untuk menjadi salah satu orang tua mahasiswa Universitas Satya Terra Bhinneka yang memberikan testimoni di hadapan dr Sofyan Tan.
Saat tiba gilirannya untuk memberikan testimoni, tak kuasa tangan dan bibirnya bergetar sambil berupaya menyampaikan pengalaman saat mendaftarkan anaknya Anugrah Fadillah Ruru sebagai salah seorang calon penerima beasiswa KIP Kuliah di Rumah Aspirasi dr Sofyan Tan, di Komplek CBD Polonia.
Sambil terbata-bata menahan air mata disampaikannya bahwa dirinya pesimis bisa mendapatkan KIP Kuliah. Sebab, yang mendaftar saat itu sudah ribuan orang mengantri.
Sebagai orang kecil, dia tak percaya diri bisa mendapatkannya dan meminta anaknya untuk tidak banyak berharap. “Sabar la ya nak, banyak berdoa saya bilang. Ribuan yang daftar,” ujarnya.
Namun tak disangka ternyata beberapa bulan kemudian, anaknya menghubungi memberi kabar diterima beasiswa KIP Kuliah dan diminta untuk mendaftar di Prodi Bisnis Digital.
“Sore hari anak saya telepon, dibilangnya diterima. Allahu Akbar, terima kasih ya Allah.
Saya pesan ke anak saya dan adek-adek (mahasiswa), jangan main-main kalian kuliah, banyak orang lain ingin kuliah di sini. Tekunlah kalian belajar,” ujarnya.
Marta Matondang, sebagai orang tua tunggal yang bekerja dengan berjualan yang terkadang tak laku-laku mengungkapkan pengalaman pahitnya sebagai orang tak berpunya.
Jangankan orang lain, menurutnya, keluarga sendiri pun terkadang tidak menganggap mereka dan sering disepelekan karena dianggap tak bakal mampu sekolahkan anak apalagi menguliahkan anaknya.
“Sangat sakit jadi orang susah. Jangan kan orang lain, keluarga saja gak anggap kita. Syukurnya anak saya gigih cari informasi sama temannya ke rumah aspirasi. Puji Tuhan anak saya Rita Afni br Tarigan lulus di Satya Terra Bhinneka,” ujarnya sambil menyeka air mata.
Pengalaman yang sama juga diungkapkan Santi Asriani, seorang ibu rumah tangga dengan pekerjaan suami jualan ikan. Dia kerap dicemooh dianggap tak akan sanggup sekolahkan anaknya sampai kuliah.
“Anak saya banyak, ada enam. Saya dibilang orang, anakmu banyak nanti nggak bisa sekolah anak mu,” ujarnya menirukan.
Namun dirinya terus berupaya hingga mendapatkan kabar bahwa di Rumah Aspirasi dr Sofyan Tan bisa daftar beasiswa. Singkat cerita, akhirnya anaknya Rifki Aziz diterima kuliah di Prodi Bisnis Digital.
“Ini anak saya yang pertama yang kuliah. Adiknya ada 5 lagi. Banyak orang anggap saya gak bisa sekolahkan anak-anak saya karena saya cuma sekolah sampai SD. Saya ingin anak saya ini nanti lulus kuliah jadi PNS, jadi jaksa,” ujarnya penuh harapan.
Penerima manfaat KIP Kuliah jalur aspirasi dr Sofyan Tan ternyata bukan hanya dari Sumatera Utara.
Hal itu terungkap ketika seorang ibu bernama Rima Melati asal Panipahan, Provinsi Riau. Anaknya bernama Fahmi Panjaitan lulus di Informatika, Universitas ST Bhinneka.
“Saya hanya ibu rumah tangga, suami bertani. Kami dari Kota Terapung Panipahan, Riau. Saya sudah pesan ke anak saya, kita masih berjuang nak. Harus terus berjuang bersama-sama biar jadi sarjana dan sukses seperti Pak Sofyan Tan,” ungkapnya.
Masih banyak orang tua mahasiswa lain yang ingin memberikan testimoni serupa. Mereka merasakan betul bagaimana hidup susah dan dianggap tidak akan mampu kuliahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
Terlihat dari ratusan orang tua mahasiswa yang hadir tampak berlinang air mata menyaksikan testimoni di hadapan dr Sofyan Tan. (*)
Editor: M Idris

