PROSUMUT – Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) berdampak buruk berbagai sektor kehidupan, termasuk juga memicu pelemahan harga komoditas unggulan Sumut yaitu sawit dan karet.
Menurut pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, harga Crude Palm Oil (CPO) belakangan ini mengalami kenaikan, setelah sempat terpuruk saat harga minyak mentah dunia mengalami penurunan.
Harga minyak mentah dunia yang sempat minus 40 US dolar per barel, pernah menjadi sentimen negatif bagi harga CPO. Sebab, harga CPO di hari Senin pekan ini sempat menyentuh level 2.018 ringgit per tonnya.
Namun demikian, belakangan sejak mulai ditemukannya obat Covid-19 bernama remdesivir dari Gilead, ketegangan kapal Iran-AS, AS-China di laut China selatan kembali membuat harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan.
Akhirnya, membuat harga CPO kembali menguat dikisaran 2.088 ringgit per ton di akhir perdagangan pekan ini.
“Akan tetapi, harga CPO dalam satu bulan terakhir ini mengalami pelemahan, dari kisaran 2.200 hingga 2.300 ringgit saat ini harga CPO mendekati level psikologis 2.000 ringgit. Kinerja harga CPO melemah dan mata uang rupiah juga mulai menunjukan penguatan dikisaran 14.800-an per US Dolar,” ungkap Gunawan, Sabtu 2 Mei 2020.
Kinerja mata uang rupiah yang menguat akan mengurangi pendapatan eksportir Sumut. Disisi lain, tren perkembangan harga CPO yang terpuruk juga memperburuk pendapatan eksportir Sumut.
“Hal inilah yang menjadi kekhawatiran, dimana penurunan harga CPO akan merugikan para petani sawit kita. Saat harga CPO dikisaran 2.200 hingga 2.300 ringgit saja, harga TBS (Tandan Buah Sawit) di tingkat petani plasma memang masih di atas Rp 1.200 per kg,” sambung Gunawan.
Tetapi, ada petani lain yang hanya bisa menjual dikisaran Rp 1.000-an per kg. Ada masalah suplai atau persediaan yang mengalami kenaikan.
Saat sawit murah, permintaan CPO yang melambat membuat petani sawit menerima harga yang lebih murah. Pandemi corona membuat ekspektasi penyerapan sawit kedepan kian buram.
“Harga karet juga tak kalah menderita. Sejak awal tahun 2020 harga karet mengalami penurunan dari kisaran 183 Yen per kg menjadi 160 Yen per kg. Lagi-lagi pandemi memperburuk harga komoditas unggulan Sumut.
Sawit dan karet yang menjadi unggulan Sumut terpaksa harus turun harganya diterpa oleh buruknya kondisi ekonomi global akibat pandemi corona,” pungkasnya. (*)
Editor : Iqbal Hrp
Foto :