PROSUMUT – RSUD Pirngadi Medan membantah tuduhan telah mengcovidkan seorang pasien bayi perempuan. Tuduhan tersebut disampaikan keluarga pasien melalui video yang viral di media sosial.
Kasubbag Hukum dan Humas RSUD Pirngadi Medan, Edison Peranginangin mengaku, keluarga pasien salah pemahaman karena mengira hasil rapid test antigen reaktif. “Hasil rapid test reaktif. Tapi, reaktif belum tentu positif Covid-19,” ujar Edison menanggapi tudingan tersebut, Kamis 10 Juni 2021.
Menurut Edison, seorang pasien yang dinyatakan positif Covid-19 harus melalui swab test PCR. “Jadi, tidak benar kita mengcovidkan pasien dan itu bisa dibuktikan,” katanya.
Dia menyebutkan, pasien mulai dirawat pada tanggal 7 Juni dengan keluhan masalah pencernaan. Sebelumnya, sempat dirawat di RS Stella Maris.
Setelah ditangani, kemudian akan dilakukan operasi pada 8 Juni sekitar pukul 14.30 WIB. Namun, tindakan operasi medis pada masa pandemi Covid-19 harus dilakukan rapid test antigen.
“Hasil rapid test itu reaktif, jadi belum bisa dioperasi. Inilah pemicunya, pemahaman reaktif dianggap sudah positif Covid-19,” sebut Edison.
Karena kondisi pasien yang harus dioperasi, maka dilakukan rapid test kembali malam harinya pada hari yang sama dengan hasil negatif. Setelah itu, dilakukan rencana operasi tetapi keluarga pasien tidak mau hingga kemudian dibawa pulang pada 9 Juni.
Sementara, ibu bayi, Annisa tidak terima anak keduanya diduga positif Covid-19. Sebab, sebelum dibawa ke rumah sakit itu telah dinyatakan negatif Covid-19 setelah dilakukan swab test di RS Stella Maris.
“Dokter bilang, ibu dari hasil rapid test anak ini bahwasanya reaktif Covid-19. Di situ puncaknya mulai kita ribut dengan rumah sakit, dari mana jalannya anak saya Covid-19. Saya sebelum masuk rumah sakit itu (Pirngadi), pertama kali di RS Stella Maris dan anak saya dilakukan swab dengan hasil negatif,” ungkapnya.
Di sisi lain, Annisa juga merasa sangat kecewa dengan pelayanan di rumah sakit milik Pemko Medan tersebut. Operasi terhadap anaknya batal dilakukan karena tidak ada stok alat selang infus.
“Para tim medis menjelaskan kepada saya, bahwasanya mohon maaf anak ibu tidak jadi dilakukan operasinya karena infusnya tidak jalan secara normal, ada bengkak sehingga obatnya itu tidak masuk ke dalam infus tersebut. Kalau dioperasi itu infusnya harus jalan secara normal. Jadi, harus dimasukkan melalui (pembuluh darah) vena besar (di bagian dada) dengan menggunakan selang. Tapi, selang yang akan kita pakai lagi kosong stoknya,” jelas Annisa.
Ia dua anak ini pun kecewa dan tak yakin selang itu tidak ada stok. “Saya sempat terdiam, lalu saya bilang masa sih rumah sakit seperti sebesar ini tidak stok selang,” ucapnya.
Lantaran sudah kecewa berat dengan pelayanan rumah sakit, Annisa lalu memutuskan membawa pulang anaknya pada 9 Juni. Sungguh malang, pada Kamis 10 Juni sekitar pukul 08.00 WIB anaknya meninggal dunia. (*)
Editor : Iqbal Hrp
Foto :