PROSUMUT –Genre musik jazz dalam industri musik di Indonesia memang belum terbilang populer.
Namun, di tengah perkembangan genre musik lain, jaz terus berkembang, meski terbilang eksklusif hanya di lingkup kalangan musisi jaz yang terbatas.
“Komunitas pemain musik jaz ini tidak terlalu besar jumlahnya. Kami semua kenal satu sama lain, hampir dari kami semua pernah main (berpentas musik) bareng,” kata Sri Hanuraga yang acap disapa Aga, pianis dari grup jaz Simak Dialog, dihubungi Kamis 28 November 2019.
Sebelumnya, Rabu 27 November 2019, album terbaru dari grup Simak Dialog yang bertajuk ‘Gong’ dinobatkan sebagai album jazz terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2019.
‘Gong’ menyisihkan nomine album jaz terbaik lainnya, yaitu Better Future (karya Dony Koeswinarno), Lights On (Indro Hardjodikoro), Meta (Gerald Situmorang dan Sri Hanuraga), dan Sanggah (Kadek Rihardika).
Bercerita tentang penghargaan itu, Aga mengungkapkan dirinya saling kenal dengan musisi jaz lain yang masuk dalam kategori tersebut.
Dari Gerald Situmorang-lah Aga mengetahui Simak Dialog masuk sebagai nomine.
Aga juga kenal akrab dengan Indro Hardjodikoro, sedang Dony Koeswinarno dan Kadek Rihardika adalah mentornya dalam bermusik.
Karena itulah, meski sama-sama masuk sebagai nomine untuk penerima anugerah album jaz terbaik, kata Aga, “Kami nggak punya persaingan.”
Di sisi lain, Aga selaku pengajar jurusan musik di Fakultas Ilmu Seni Universitas Pelita Harapan, mencermati bahwa minat orang berlatih memainkan musik jaz makin tinggi.
Namun, hal itu tak sebanding dengan geliat kelompok pendengar yang menggemari musik jaz.
Menurutnya, pergelaran musik jaz yang marak diadakan dengan tambahan sajian musik bukan jaz, malah mendistorsi atau mengaburkan eksistensi genre musik jaz.
Sementara itu, komunitas musisi jaz juga tak banyak ketimbang dalam genre musik lain.
“Kami merasa beruntung masih berkesempatan untuk banyak tampil bermain. Enggak banyak kelompok musik jaz yang bisa bermain belakangan ini,” ucapnya. (*)