PROSUMUT – Seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumatera Utara (Sumut) alami deflasi sehingga Sumut pada Juli 2020 mencetak deflasi sebesar 0,25 persen.
Adapun gabungan 5 kota IHK di Sumut ini yakni Sibolga sebesar 0,31 persen, Pematangsiantar sebesar 0,76 persen, Medan sebesar 0,21 persen, Padangsidimpuan sebesar 0,25 persen dan Gunungsitoli sebesar 0,01 persen.
“Deflasi ini terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,93 persen, kelompok transportasi sebesar 1,60 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen,” kata Kabid Statistik Distribusi BPS Sumut, Dinar Butar-butar Senin 3 Agutus 2020.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan indeks yaitu, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,64 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,11 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,45 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,10 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,94 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,57 persen.
“Sementara kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya serta kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks,” ujarnya.
Komoditas utama penyumbang deflasi selama Juli 2020 di Medan, antara lain bawang merah, angkutan udara, daging ayam ras, bawang putih, udang basah, sawi hijau, dan kelapa.
“Dari 24 kota IHK di Pulau Sumatera, 19 kota tercatat deflasi. Deflasi tertinggi di Pematangsiantar sebesar 0,76 persen dengan IHK sebesar102,39 dan terendah di Gunungsitoli sebesar 0,01 persen dengan IHKsebesar 103,29,” pungkasnya.
Terpisah, Pengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan deflasi dan resesi buat Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk.
“IHSG terpuruk sangat dalam pada perdagangan hari ini. Dampak dari resesi Jerman dan AS yang mengumumkan resesi pada akhir pekan kemarin menjadi pemicu tekanan yang sangat besar di pasar saham. Rupiah juga sama melemah di level 14.630 per US Dolar. Sementara IHSG terpuruk 2.7 persen di level 5.006,22,” jelasnya.
Sementara itu, kinerja pasar keuangan pada hari ini benar-benar dalam tekanan besar seiring dengan banyaknya data penting yang dirilis di pekan ini.
Sementara itu, laju tekanan inflasi nasional yang justru mengalami deflasi sebesar 0.1 persen membuat pasar kian pesimis dengan kondisi daya beli masyarakat saat ini.
“Mulai yang bertepatan dengan tahun ajaran baru dan Idul Adha justru tidak dibarengi dengan pemulihan harga konsumsi masyarakat,” sebutnya.
“Sementara itu, rilis data deflasi tersebut membuat pasar memilih keluar terlebih dahulu. Sampai nantinya rilis data pertumbuhan ekonomi nasional yang menjadi tolak ukur perhitungan pertumbuhan ekonomi di kuartal ke tiga. Saat ini memang kondisinya sangat sulit bagi pasar saham atau pasar keuangan secara keseluruhan. Tak hanya itu, lanjutnya data domestik akan lebih banyak berpengaruh terhadap kondisi pasar keuangan di pekan ini,” pungkasnya. (*)
Reporter : Nastasia
Editor : Iqbal Hrp
Foto :