PROSUMUT – Guna mengatasi kelangkaan gula yang belakangan ini terjadi di Sumatera Utara (Sumut) termasuk Kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut akan mengusulkan untuk diperbolehkan mengolah gula rafinasi menjadi gula pasir.
Seperti yang dikatakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Zohny Waldi saat dikonfirmasi wartawan Rabu 3 Maret 2020. Menurut Zohny untuk kebutuhan di Sumut per bulan mencapai 20 ribu ton.
“Jadi saat ini stii yang tersisa ini tinggal 2 ribu ton saja. Maka, untuk mengatasi kekurangan pasokan gula pasir ini gula rafinasi akam di olah menjadi gula pasir,” sebutnya.
Zohny menyebutkan, untuk mengolah gula rafinasi itu menjadi gula pasir itu bisa dilakukan pabrik gula di Sumut.
“Pabrik gula di Sumut kan bisa kita manfaatkan untuk itu, agar stok gula kita cepat terpenuhi,” kata Zohny.
Sementara itu, salah seorang warga kota Medan, Iskandar mengatakan, hari ini gula pasir yang dijual di pasar Pringgan dilepas di harga 16.500 per kg.
“Tadi pagi pas beli, harga sudah Rp 16.500 per kg. Padahal semalam (Selasa) masih Rp 15000 per kg,” kata Iskandar.
Kenaikan harga gula pasir ini menurut Iskandar sudah mulai terjadi satu minggu terakhir. “Sudah satu minggu lah ini naik terus harganya,” keluh Iskandar.
Keterbatasan stok gula mendorong harga jual sudah di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan di angka Rp 12.500 per kg.
Sementara itu, sudah sepekan lebih harga gula putih mengalami kenaikan.Salah satunya di Pasar Petisah, mengatakan gula memang sudah mahal beberapa hari terakhir yang dijual Rp 15.000 per kg. Diperkirakan harga gula akan terus mengalami kenaikan.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benjamin mengatakan harga gula putih memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan belakangan.
“Beberapa masalah kenaikan harga gula ini diakibatkan oleh melemahnya pasokan gula dari wilayah Lampung. Ia mengatakan selama ini pusat produksi gula itu memang dari Lampung serta dari Surabaya, Jawa Timur. Gula ini tidak seperti halnya barang konsumsi lainnya yang stoknya bisa dihasilkan kapan saja. Di Sumut memang ada produsen gula dari pabrik PTPN 2 Sei Semayang dan Kwala Madu, namun saat ini kedua pabrik tersebut belum memasuki musim giling sehingga produktifitas tidak ada,” jelasnya.
Penurunan produktivitas ini membuat kebutuhan akan gula harus didatangkan dari wilayah Lampung. Hal ini menjadikan harga gula mahal ketika pasokan gula dari Lampung bermasalah.
Untuk itu ia berharap pemerintah bisa cepat turun tangan mengecek distribusi gula yang bermasalah tersebut. Apalagi mengingat kebutuhan akan gula akan semakin meningkat nantinya menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. (*)