PROSUMUT – Pergerakan nilai tukar rupiah di awal pekan ini, Senin (8/7) sedang tidak baik-baik saja,dan masih bergejolak. Tertekan oleh sentimen domestik dan eksternal, rupiah menjadi salah satu matau uang terlemah di Asia dan dunia.
Kala pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah terkoreksi 0,21% ke level Rp14.110 per dolar AS. Seiring dengan masih berlangsungnya aksi profit taking, koreksi rupiah kian menebal menjadi 0,46% ke level Rp14.148 per dolar AS.
Sebagai informasi, aksi profit taking saat ini tengah menjadi tren bagi investor. Pasalnya, pada pekan lalu, rupiah tercatat mengalami penguatan yang terbilang tinggi, yaitu hingga 0,32% di hadapan dolar AS. Dengan begitu, investor tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mencairkan keuntungan sedini mungkin.
Sementara itu, dari faktor eksternal, rupiah terbebani oleh sentimen dari Jepang. Perlambatan ekonomi di negeri kaisar tersebut memengaruhi psikologis investor untuk sedikit menjauhi aset-aset berisiko dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
Alhasil, di kala domestik tak mampu menopang rupiah, sentimen dari Jepang tersebut menjadi momok yang mengerikan bagi rupiah. Hingga saat ini, rupiah menyandang status sebagai mata uang terlemah kedua di Asia. Rupiah hanya unggul tipis 0,08% di hdapan won.
Rupiah terkoreksi paling dalam di hadapan yen (-0,56%), dolar Hongkong (-0,44%), baht (-0,37%), dolar Singapura (-0,32%), dan dolar Taiwan (-0,15%).
Padahal, jika melihat pergerakan di Asia, mata uang seperti yen (0,07%), baht (0,06%), dan yuan (0,03%) masih dapat menyelamatkan diri dari terkaman dolar AS.(*)