PROSUMUT – Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan perempuan bisa menjadi agen perdamaian.
Hal ini dikatakannya saat berdiskusi dalam webinar virtual bertajuk “Perempuan dan Perdamaian Dunia” bersama ratusan peserta yang berasal dari jurnalis FJPI seluruh Indonesia, Sabtu 6 Maret 2021.
Ia menegaskan pentingnya peran perempuan dalam berbagai lini kehidupan demi kehidupan sebuah negara yang lebih adil dan sejahtera.
“Perempuan bisa jadi agen perdamaian dan toleransi dunia salah satunya menjadi diplomat. Dimana profesi ini menjadi garda terdepan. Para diplomat melakukan dialog, negosiasi, dan menjaga hubungan baik antar negara, untuk menciptakan perdamaian dunia. Sayangnya perempuan masih memiliki tantangan lebih besar dibandingkan laki-laki,” sebut Retno pada diskusi yang dilakukan dalam rangka memperingati hari Perempuan Internasional yang akan diperingati pada 8 Maret.
Sosok perempuan yang telah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI dan telah 35 tahun mengabdi di Kementerian Luar Negeri RI ini menjelaskan ketika mengawali kariernya sebagai diplomat sekitar tahun 1984, Retno melihat bahwa profesi ini memang lebih dikuasai laki-laki.
“Masa itu hanya ada sekitar 10 persen perempuan yang menjadi diplomat. Meskipun begitu, kini semakin banyak perempuan yang terlibat dalam profesi ini. Sekarang sudah sebanding perempuan dan laki-lakinya, bisa 45-55 atau bisa 50-50,” jelasnya.
Perubahan positif ini dapat terjadi, salah satunya karena adanya kebijakan-kebijakan yang memberikan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi. Satu diantaranya adalah penghapusan larangan pernikahan sesama diplomat.
Selain mengenai diplomat, Rento juga berdiskusi mengenai Indonesia yang ikut serta dalam upaya perdamaian dunia, termasuk terkait kekerasan militer di Myanmar yang baru-baru ini terjadi.
Dalam diskusi yang dipandu langsung oleh Ketua FJPI Pusat sekaligus Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis tersebut juga sangat interaktif dengan berbagai pertanyaan yang langsung dijawab oleh Menlu Retno.
Mulai dari persoalan perdamaian dunia, TKW, Covid-19, hingga soal affirmative kebijakan kesetaraan gender di lingkungan Kementerian Luar Negeri sendiri.
“Ada sejumlah kebijakan internal yang dilakukan terkait kebijakan berbasis kesetaraan gender. Di antaranya adalah membuka Daycare (penitipan anak) di lingkungan kantor bagi pegawai dan membolehkan pernikahan pasangan diplomat, sehingga diplomat perempuan yang dulunya kebanyakan harus mengundurkan diri kini bisa terus aktif bekerja,” terangnya.
Terakhir dalam diskusi tersebut Retno menutup dengan kalimat “Investing in women is investing in bright future” yang artinya “berinvestasilah” pada perempuan untuk masa depan yang cerah.
Selain diikuti jurnalis FJPI dari berbagai daerah di Indonesia seperti Lia Anggia Nasution, Linova Rifianty, Desi Pohan, Khairiah Lubis, Tri Ambarwati, Olha Irianti Mulalinda.
Hadir pula jurnalis senior Tempo Yuli Ismartono, Dirut Perusahaan Film Negara Judith Dipodiputro, Duta Besar Indonesia untuk Polandia Siti Anugrah Mauludiah. Diskusi interaktif selengkapnya di webinar ini bisa disaksikan di channel Youtube FJPI. (*)
Foto :