Prosumut
Pendidikan

Kurikulum Merdeka Efektif Diimplementasikan By Project

PROSUMUT — Anggota Komisi X DPR RI dr Sofyan Tan menyampaikan Kurikulum Merdeka efektif diimplementasikan by project. Sebagai contoh, ada satu topik pembahasan, misalnya soal sampah yang perlu diatasi.

“Persoalan tersebut kemudian disampaikan kepada anak untuk ditemukan solusinya. Pola ini sangat menarik dan membangun daya pikir anak terhadap suatu persoalan,” ungkap Sofyan Tan saat wawancara usai mengikuti workshop pendidikan bertema ‘Sosialisasi Kurikulum Merdeka dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran’ di Kota Medan yang digelar di Four Points by Sheraton Medan, Senin 12 Desember 2022.

Menurut Sofyan Tan, inti dari Kurikulum Merdeka itu adalah efisiensi terhadap mata pelajaran dan lebih fokus dengan hal-hal yang esensial atau penting. Jadi, tidak lagi terlalu melebar tetapi fokus.

“Profil Pelajar Pancasila sangat penting diterapkan, bahwa bagaimana kita menghasilkan peserta didik yang paham dan mampu mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, Indonesia merupakan negara yang sangat multikultural sehingga membutuhkan anak calon pemimpin bangsa yang tidak lagi melihat persoalan suku, agama, dan ras sebagai satu hambatan,” ujarnya.

Sementara itu, Plt Kepala Kurikulum dan Pembelajaran BSKAP Kemendikbudristekdikti, Zulfikri menyampaikan inti kurikulum merdeka yaitu mengembalikan pendidikan ke makna yang sesungguhnya. Selama ini, pendidikan yang diterapkan lebih cenderung mengutamakan nilai ketimbang potensi yang dimiliki anak. Akibatnya, banyak anak yang tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan potensinya.

“Kurikulum ini meyakini setiap anak memiliki potensi masing-masing. Perbedaan potensi tersebut membangun harmoni dalam kehidupan. Kurikulum Merdeka ini memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi unik yang dimilikinya,” ungkap Zulfikri.

Kata Zulfikri, kurikulum ini juga memberikan kemerdekaan terhadap guru untuk berkreasi memberikan layanan kepada setiap peserta didik, sehingga secara tidak langsung beban substansi para guru telah berkurang dan berfokus pada materi esensial serta beban administrasi yang selama ini rumit.

“Beban materi yang banyak dan administrasi rumit, mengurangi waktu guru dalam memberikan pelayanan kepada anak didik. Dengan kurikulum ini, maka dunia pendidikan betul-betul memberikan pelayanan kepada setiap anak,” ujarnya.

Zulfikri menuturkan sudah menjadi tugas para guru untuk menggali potensi yang dimiliki setiap anak. Bukan seperti yang selama ini, anak didoktrin menjadi konsumen dalam konteks pendidikan. Karenanya, saat ini anak harus menjadi produsen, lebih aktif, kreatif sejak dini sehingga dengan demikian akan memahami arti perbedaan.

“Kurikulum Merdeka ini sebetulnya sudah diterapkan sejak dua tahun belakangan dan cukup efektif. Pada tahun ajaran mendatang, mungkin ada kebijakan kurikulum nasional yang mengadopsi prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka,” tuturnya.

Ia berharap kebijakan pendidikan yang diterapkan di daerah mengadopsi prinsip Kurikulum Merdeka. Sebab hal ini sesuai dengan pesan Maestro Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, bahwa tumbuh kembangnya anak itu sesuai fitrah dan kodratnya masing-masing.

“Tugas kita mengolah daya pikir, hati, rasa, karsa mereka sehingga aktif terhadap itu semua. Kenali potensi anak sejak dini, apapun kondisinya setiap anak memiliki potensi masing-masing. Jangan membandingkan-bandingkan anak dengan anak yang lain,” imbuhnya. (*)

Editor : Muhammad Idris

Konten Terkait

Berenang dengan Laki-laki Bisa Hamil, Berbuah Pemecatan Tak Hormat

valdesz

Sekolah Parulian Gelar Pelatihan Literasi Digital

Editor prosumut.com

Telkomsel – UMA Hadirkan Webinar Pemanfaatan Teknologi Dunia Digital

Editor Prosumut.com