Prosumut
Kesehatan

Kalbe Farma Tahun Depan Produksi Vaksin Covid-19 

PROSUMUT – PT Kalbe Farma Tbk dalam pemaparan Public Expose Live 2020 yang digelar PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis 27 Agustus 2020 berencana akan memproduksi vaksin Covid-19 pada pertengahan tahun depan. Hal ini bertujuan mendukung pemerintah untuk terlibat dalam vaksin Covid-19.

“Saat ini tahap pertama masih sebatas pengisian ke botol yang bahannya semua diimpor dan selanjutnya diperkirakan pertengahan tahun depan akan memproduksi vaksin Covid tersebut,” kata Direktur Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Bernandus Karmin Winata didampingi Coorporate Secretary Lukito Kurniawan Gozali dalam pemaparannya pada Public Expose Live yang berlangsung online dan diikuti 50 emiten lainnya.

Bernandus menjelaskan vaksin Covid itu harus melewati beberapa fase, sekarang masih fase II uji klinis vaksin Covid-19 di Indonesia, bekerja sama dengan Perusahaan dari Korea Selatan – Genexine.

Fase uji klinis dilakukan karena produknya harus benar-benar safety sampai ke masyarakat. “Kita ikut ambil bagian dalam proses penanganan Covid 19 ini dan Indonesia harus bisa memproduksinya. Kemungkian pertengahan tahun depan baru produksi vaksin Covid-19,” katanya.

BACA JUGA:  Kasus Malaria dan DBD Nias Selatan Masih Ditemukan, Status KLB Diperpanjang

Untuk kapasitas, Bernandus menyebut Kalbe Farma masih bisa jika produksi 1 juta sampai 3 juta dosis. Namun kalau sampai 50 juta dosis, maka perlu investasi besar bisa sampai Rp1 triliun.

“Jadi kalau produksi massal harus ada cara memastikan bahwa produk itu bisa diserap,” ungkapnya.

Bernandus juga menyebut sampai semester I 2020, penjualan bersih sebesar Rp11.605 miliar, meningkat sebesar 3,8 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp11.179 miliar.

“Walaupun dampak Covid-19 terhadap makroekonomi Indonesia di kuartal kedua tahun 2020 cukup menantang, Perseroan dapat mempertahankan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang positif dan stabil,” katanya.

Peningkatan penjualan semester pertama tahun 2020 didukung oleh: Divisi Distribusi & Logistik meraih peningkatan penjualan bersih sebesar 10,1 persen dari Rp3.410 miliar menjadi Rp3.755 miliar, serta menyumbang 32,4 persen terhadap total penjualan bersih Perseroan.

BACA JUGA:  Dinkes Sumut Targetkan UHC 100 Persen pada 2026

Dia juga mengungkapkan, Divisi Produk Kesehatan meraih peningkatan penjualan sebesar 6,6 persen menjadi Rp2.072 miliar dengan kontribusi sebesar 17,9 persen terhadap total penjualan bersih Perseroan.

Penjualan bersih Divisi Nutrisi tercatat sebesar Rp3.213 miliar di semester pertama tahun 2020, tumbuh 2,2 persen dari pencapaian di tahun sebelumnya dan menyumbang 27,7 persen dari total penjualan bersih Kalbe.

Sedangkan Divisi Obat Resep Perseroan yang membukukan penurunan penjualan sebesar 4,2 persen menjadiRp 2.565 miliar, serta menyumbang 22,1 t dari total penjualan bersih Kalbe di semester pertama 2020.

Laba kotor tumbuh sebesar 1,5 persen mencapai Rp5.253 miliar di semester pertama tahun 2020. Rasio laba kotor terhadap penjualan turun menjadi 45,3 persen dari 46,3 persen untuk periode sama pada tahun sebelumnya.

“Hal ini disebabkan oleh naiknya kontribusi penjualan dari bisnis distribusi dan logistik,” jelas Bernandus.

Laba sebelum pajak penghasilan pada semester pertama tahun 2020 sebesar Rp1.809 miliar bertumbuh sebesar 7,2 persen dengan margin laba sebelum pajak penghasilan mencapai 15,6 persen, mengalami peningkatan dari 15,1 persen pada periode sama pada tahun sebelumnya.

BACA JUGA:  Dinkes Sumut Targetkan UHC 100 Persen pada 2026

“Perseroan akan terus menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital, serta memonitor biaya-biaya operasional lainnya untuk mempertahankan tingkat laba sebelum pajak penghasilan,” ungkapnya.

Sementara itu, laba bersih pemilik entitas induk mencapai Rp1.388 miliar di semester pertama tahun 2020, naik 10,3 persen dibandingkan Rp1.258 miliar di periode yang sama di tahun sebelumnya.

Pertumbuhan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penjualan bersih terutama disebabkan oleh peningkatan efisiensi di biaya operasional, keuntungan selisih kurs dan tarif pajak yang lebih rendah. (*)

 

Reporter : Nastasia
Editor        : Iqbal Hrp
Foto            : 

Konten Terkait

PMI Medan Harap Warga Sehat Donorkan Darah

admin2@prosumut

Data Terbaru Covid-19 Sumut: 104 Positif, 139 PDP, 13 Sembuh, 10 Meninggal

admin2@prosumut

Data Terbaru Covid-19 di Sumut, 71 PDP dan 3.080 ODP

admin2@prosumut

Polisi Siapkan ‘Peti Mati’ Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan

Editor Prosumut.com

Gubernur Sumut Kunjungi Bayi Kembar Siam Adam dan Aris

Editor Prosumut.com

Pasien Tanpa Identitas di RSUP HAM Mengalami Penurunan Kesadaran

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara