PROSUMUT – Puluhan aktivis perempuan di Sumatera Utara (Sumut) menggelar aksi Long March di Lapangan Merdeka berjuang untuk keadilan dan kesetaraan bagi perempuan, Minggu 8 Maret 2020 bertepatan di Hari Perempuan Internasional.
Mereka juga menyuarakan agar Rancangan Undang-undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual segera di sahkan. Sebab, RUU PKS yang telah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas di tahun 2018, belum juga disahkan.
Adapun aktivis yang tergabung dalam aksi ini seperti Komunitas Perempuan Hari Ini, Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (Hapsari), Aliansi Sumut Bersatu (ASB), Lingkar Dara dan Serikat Jurnalistik Keberagaman (Sejuk), Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut.
Menutu, Direktur Aliansi Sumut Bersatu (ASB) Ferry Wira Padang menuturkan, long march ini dilaksanakan sebagai bentuk kampanye untuk menyuarakan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
Kata dia, salah satu alasan aktivis perempuan mendukung RUU PKS karena melihat data dari Komnas Perempuan bahwa setiap tahunnya, angka kekerasan seksual semakin meningkat.
Karena RUU KK berpotensi mengintervensi hal-hal yang sangat personal dan melekatkan aturan secara ketat serta mendomestifikasi perempuan. Sehingga perempuan semakin terpuruk dan semakin rentan menjadi korban kekerasan termasuk kekerasan seksual, tanpa perlindungan dari negara.
Catatan Tahunan Komnas Perempuan di tahun 2019, dalam kurun waktu 12 tahun (2008–2019) kekerasan terhadap perempuan meningkat hampir 800 persen, atau sebanyak 79 persen.
“Artinya, kekerasan terhadap perempuan di Indonesia selama 12 tahun belakangan meningkat nyaris 8 kali lipat,” katanya.
Komnas Perempuan juga mencatat bahwa jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan tahun 2019 meningkat 14 persen menembus angka 406.178 kasus dibanding tahun sebelumnya dengan 348.466 kasus.
“Karena itu, kita para aktivis perempuan bergabung untuk menyuarakan permasalahan ini,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua FJPI Sumut, Lia Anggia Nasution mengatakan meski sudah banyak peraturan yang ditelurkan pemerintah untuk keadilan perempuan, masih banyak perempuan yang menerima kekerasan, terutama dalam rumah tangga.
Aksi damai diiringi dengan rangkaian acara diantaranya teatrikal dari HAPSARI Lubuk Pakam, pembacaan puisi, orasi, dan lakukan pengumpulan tanda tangan dari masyarakat Kota Medan. (*)