Prosumut
Opini

Pahlawan dan Pandemi

Oleh :

Eiren Royana Siahaan (Pegawai Negeri Sipil di Badan Pusat Kabupaten Simalungun dengan Jabatan Statistisi Pertama)

*** 

Pahlawan pada hakikatnya adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran (KBBI). Jika diingat kembali kegigihan para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan, sejatinya sebagai warga yang sudah mengecap kemerdekaan dari penjajahan bangsa asing, haruslah kita melanjutkan perjuangan sesuai porsinya masing-masing. Mengecap kemerdekaan selama 76 tahun, kembali dirasakan penjajahan dalam dua tahun belakangan ini. Pandemic Covid 19 yang masih melanda seolah-olah mengingatkan bahwa kita kembali dijajah, namun bukan lagi oleh tekanan dari bangsa asing melainkan oleh pembatasan kegiatan dalam segala aspek yang mengharuskan kita untuk bisa menjadi pahlawan bagi diri sendiri, keluarga dan bagi orang-orang sekitar kita. Sebab jika bukan kita yang perduli terhadap kita dan sekitar, siapa lagi? Kepatuhan akan prokes dalam setiap aktivitas, akan menolong kita terhindar dari jahatnya virus yang merongrong fisik bahkan mental orang yang terpapar.

Bersumber  dari situs Satgas Covid per 30 oktober 2021, dari 4.243.835 orang yang terpapar, ada  4.088.138 orang yang sembuh. Ini berarti 96,33% bertahan dan mampu melewati ganasnya virus Covid-19 hingga akhirnya sembuh. Sementara itu, ada juga yang tidak bertahan hingga berujung kematian akibat yang ditimbulkan oleh virus berbahaya ini, yakni sebanyak 143.388 orang atau sekitar 3,37 %. Dampak lain dari Covid-19 yang lebih menyedihkan adalah tenaga kesehatan (nakes) yang menjadi korban keganasan virus ini. Dilansir dari nakes.laporcovid19.org, sebanyak 2.032 tenaga kesehatan di Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19 hingga 31 Oktober 2021. Mayoritas nakes yang meninggal karena virus mematikan tersebut adalah dokter dan perawat karena pada umumnya merekalah yang langsung bersentuhan dengan pasien-pasien penderita Covid-19 dalam proses perawatan dan penyembuhannya. Jumlah ini didominasi oleh kematian tertinggi dibulan Juli 2021, baik itu nakes maupun masyarakat yang terpapar sehingga mengharuskan pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang masih berlanjut sampai saat ini dengan berbagai tingkatan sesuai kondisi daerah setempat. Layaklah para tenaga kesehatan yang meninggal tersebut dikatakan sebagai salah satu pahlawan di masa Covid.

BACA JUGA:  Ken Dedes

Sementara dari dunia pendidikan, kembali diingatkan kepada insan pendidik harus mampu beradaptasi terhadap situasi pandemic. Pembelajaran jarak jauh dalam masa pandemic menjadi alternatif proses pembelajaran yang tidak hanya sekedar alternatif. Namun menjadi pilihan yang tak terelakkan agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Pilihan yang mengharuskan siswa, guru dan orangtua lebih memperlengkapi diri dengan kualitas sumber daya manusia dibidang teknologi informasi yang lebih baik. Beban untuk berinovasi dalam pembelajaran ada di pundak guru. Perjuangan guru di masa pandemic juga merupakan tantangan tersendiri. Guru harus berjuang mengejar ketertinggalan pendidikan nasional di tengah “penjajahan si Covid”. Guru adalah pahlawan pendidikan  sepanjang masa, terlebih lagi di masa pandemic pembelajaran tanpa tatap muka.

Berbagai cara dilakukan pemerintah dan berbagai pihak dalam menekan penyebaran virus Covid-19 ini. Salah satunya adalah pemberian vaksin. Dikarenakan vaksin dapat memberikan pertahanan pada tubuh dan perlindungan dari berbagai penyakit infeksi yang berbahaya.

Masih bersumber dari laman yang sama, jumlah orang yang sudah memperoleh vaksin di Indonesia sudah mencapai 194.872.116 orang sampai 30 Oktober 2021. Sedangkan target yang ditetapkan pemerintah adalah sebanyak 208.265.720 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 117.689.114 orang sudah memperoleh vaksin pertama, 76.061.077 orang vaksin kedua dan 1.121.925 orang untuk vaksin ketiga. Dengan persentase mencapai 93,57 % yang sudah divaksin, diharapkan sisanya bisa mendapat vaksin segera dalam tahun ini. Semakin banyak orang mendapatkan vaksin COVID-19, semakin meluas kekebalan kelompok (herd immunity) yang terbentuk sehingga penularan virus Corona bisa ditekan.

Pemerintah memegang peranan penting dalam penuntasan pelaksanaan vaksin yang masih belum memenuhi target.  Selain alasan kondisi kesehatan yang menyebabkan seseorang tidak bisa divaksin, masih banyak alasan lain yang terlontar dari masyarakat untuk tidak mau divaksin. Pemerintah sebagai pusat informasi publik berfungsi untuk meluruskan dan menjelaskan secara detail mengenai vaksin, proses dan prosedurnya serta tingkat keamanan vaksin yang digunakan. Pemerintah bisa melakukan kolaborasi dengan beberapa pihak seperti media, tokoh masyarakat, dan tokoh agama yang biasa memiliki kontak langsung dengan masyarakat untuk mengkomunikasikan secara persuasif tentang pentingnya vaksin ini. Tahapan komunikasi dan edukasi tentang pentingnya vaksin ditengah kondisi pandemic harus selalu digaungkan agar masyarakat yang belum mau divaksin mengikuti anjuran ini. Jika masyarakat telah memperoleh informasi yang jelas dan transparan, maka kepercayaan terhadap pemerintah akan terbangun serta lebih banyak yang akan bersedia melakukan vaksin.

BACA JUGA:  Ken Dedes

Tahun 2030 hingga tahun 2040, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif yang berusia antara 15 – 54 tahun lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 54 tahun. Sebagai kaum muda yang menjadi tonggak pembangunan bangsa, kita memiliki peran besar dalam menciptakan inovasi dan ikut berperan di masyarakat sebagai pelopor kebaikan. Khususnya dalam masa pandemi ini. Mari menjadi pelopor kebaikan dalam memutus rantai Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada. Seperti mencuci tangan dengan baik dan benar, menggunakan masker, menjaga jarak, tidak pergi nongkrong atau keluar rumah untuk urusan yang tidak terlalu penting.

Dengan kecanggihan teknologi saat ini sangat memungkinkan bagi kita untuk berinovasi memanfaarkan teknologi untuk berbagi kebaikan kepada siapapun dan dimanapun. Kita bisa mengajak orang lain untuk mematuhi protokol kesehatan melalui media sosial tanpa bertemu secara langsung. Selain itu, kita juga bisa memberikan edukasi kreatif yang menarik mengenai Covid-19 dan hal-hal bermanfaat yang bisa dilakukan di rumah kala pandemi.

Contohnya adalah edukasi mengenai tips menjaga kesehatan mental dan fisik saat berada “di rumah aja” selama pandemic. Melalui mental atau psikis yang sehat dan positif dapat menstimulasi sistem imun dalam tubuh sehingga tidak mudah terpapar berbagai penyakit. Menjaga kesehatan mental atau psikis bisa dilakukan dengan cara selalu berpikir positif dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian kegiatan menjaga kesehatan fisik adalah dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta berolahraga di rumah seperti lompat tali atau skipping, senam, yoga dan angkat beban dan lain sebagainya.

BACA JUGA:  Ken Dedes

Bentuk edukasi kreatif lainnya yang bisa dilakukan misalnya membuat video, foto, poster, tulisan maupun infografis yang dibuat sekreatif mungkin dimedia sosial agar menarik minat banyak orang untuk melihatnya. Kebanyakan orang lebih suka dan akan lebih membekas dalam ingatan melalui media sosial yang lebih sering diakses oleh masyarakat dibandingkan hanya menonton berita di televisi.

Berbagai kegiatan tersebut diatas tidak hanya dapat membantu memutus rantai Covid-19 tetapi juga bisa melatih dan mengembangkan potensi serta skill yang ada dalam diri kita serta melatih kemampuan beradaptasi dalam mengahadapi tantangan yang bisa muncul kapanpun khususnya kaum muda yang masih sangat segar dalam mempelajari hal-hal tersebut.

Pemerintah selaku pengambil kebijakan juga harus mampu mendukung situasi pandemic. Perekonomian yang mengalami goncangan yang hebat tidak membuat kaum muda berhenti berusaha. Respon pemerintah melalui kebijakannya harus mampu mendukung para startup yang mampu melihat peluang di saat perekonomian sedang tidak baik. Pendidikan Indonesia yang masih tertinggal secara internasional harus menghadapi penghalang yang besar yaitu pandemic Covid-19. Inovasi pembelajaran yang datang dari bawah harus mampu di tampung pemerintah dan dikonversikan menjadi suatu strategi pendidikan nasional. Begitu juga sebaliknya, inovasi yang datang dari atas juga harus mampu di laksanakan oleh para guru demi mempersiapkan generasi muda sehingga potensi bonus demografi bisa tercapai.

Dengan tema peringatan hari pahlawan tahun 2021 ini, pahlawanku inspirasiku, setiap kita boleh memaknai perjuangan setiap mereka yang telah berjuang untuk kemanusiaan baik itu tenaga kesehatan, tenaga pendidik atau siapapun individu yang telah berjuang untuk kepentingan umum dimasa pandemic ini. Setiap kita adalah pahlawan bagi diri sendiri, bagi keluarga dan bagi sesama. Selamat memaknai Hari Pahlawan dalam menjalani keseharian!!!

 

Artikel ini adalah opini pribadi penulis dengan judul asli: “Pahlawan dan Pandemi.

Konten Terkait

Infrastruktur dan Tugas Panggilan Pelayanan Membangun Indonesia Maju

Editor Prosumut.com

Stockholm Syndrome dan Kabinet Merah Putih

Editor prosumut.com

Debut Maarten Paez dan Kagetnya Arab Saudi

Editor prosumut.com

Indonesia Maju Bergotongroyong Merawat Humanisme dan Melawan Terorisme

Editor Prosumut.com

Do They Know It’s Christmas?

Editor prosumut.com

Annyeonghi Gaseyo Coach Shin Tae Yong

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara