PROSUMUT – BERLAGA di final Liga Champions adalah pengalaman baru bagi Tottenham Hotspur.
Karenanya, duel melawan Liverpool FC di Wanda Metropolitano, Sabtu 1 Juni 2109, menjadi momen emosional bagi The Lilywhites.
Ini kali pertama mereka memiliki kesempatan memenangi gelar paling bergengsi di level klub.
Alasan itu pula yang membuat pelatih Tottenham, Mauricio Pochettino, memberikan perhatian lebih pada faktor emosi.
Pelatih asal Argentina ini mengungkapkan bahwa dirinya telah mendesain sejumlah strategi untuk menangani emosi para pemainnya dalam setiap sesi latihan.
“Sepak bola adalah konteks emosi. Faktor itu akan sangat menentukan pada final nanti. Ini bukan pertarungan Pochettino versus (Juergen) Klopp atau pertarungan taktik. Ini semua soal emosi. Siapa pun yang menangani faktor emosi ini dengan lebih akan memiliki peluang lebih besar untuk menang,” kata Pochettino.
Tottenham memang tak pernah diprediksi bisa melangkah sejauh ini. Apalagi, mereka selalu berhadapan dengan tim-tim tangguh sejak fase grup.
Saat bertemu skuat muda AFC Ajax di semifinal pun Spurs jadi underdog.
Prediksi ini seolah bakal terbukti setelah mereka kalah 0-1 pada leg pertama dan tertinggal 0-2 pada babak pertama leg kedua.
Tapi, hattrick Lucas Moura di babak kedua mematahkan semua ramalan dan membawa Tottenham lolos ke final untuk kali pertama dalam sejarah.
“Ini momen besar. Setiap musim semua orang menantikan final Liga Champions. Terlibat di dalamnya adalah keistimewaan dan kami sangat berambisi mengukir sejarah,” ucap kiper Hugo Lloris.
Berbeda dengan Tottenham, Liverpool masuk dalam daftar favorit juara sejak awal kompetisi.
Maklum, The Reds adalah finalis musim lalu dan punya sejarah sukses di Liga Champions dengan lima kali menjadi juara dan tiga kali menjadi runner-up.
Meski begitu, keberhasilan Liverpool lolos ke final musim ini terbilang mengejutkan.
Mereka sempat diyakini sudah tamat usai kalah 0-3 dari FC Barcelona pada leg pertama semifinal di Camp Nou.
Tapi, The Reds melakukan comeback sensasional dengan menghajar Los Azulgrana 4-0 pada leg kedua di Anfield untuk lolos ke Madrid.
Ini pertemuan ketiga antara Tottenham dan Liverpool musim ini.
Sebelumnya, kedua tim telah dua kali bertemu di Liga Primer dan The Reds memenangi kedua pertemuan itu dengan skor identik 2-1.
Fakta ini pula yang membuat skuat Klopp diunggulkan.
Apalagi, mereka juga finis sebagai runner-up Liga Primer dengan jarak 26 poin dari Spurs yang finis di peringkat keempat.
Kendati demikian, Klopp menolak sesumbar.
“Duel ini akan sangat ketat. Kualitas kami dan Spurs sama persis,” ujar pelatih asal Jerman itu.
“Perbedaan antara kami dan Tottenham di Liga Primer adalah konsistensi. Kami memenangi kedua laga lawan mereka dengan skor 2-1. Tapi, emosi pada final nanti akan berbeda. Ini laga istimewa. Ini bukan duel ketiga antara kami dan Tottenham musim ini. Ini final sepak bola Eropa.”
Laga pada Sabtu malam nanti akan menjadi final Liga Champions ketiga bagi Klopp.
Sebelumnya, dia pernah dua kali terlibat dalam pertandingan terbesar di level klub itu, tapi selalu menelan kekalahan.
Selain bersama Liverpool musim lalu, Klopp melakoni final Liga Champions 2012/13 sebagai pelatih Borussia Dortmund yang ditaklukkan FC Bayern Muenchen, 1-2.
Tapi, Klopp optimistis nasibnya akan lebih baik pada final ketiga ini.
“Saya tidak pernah menangani tim yang lebih baik daripada sekarang,” ucap Klopp.
“Saya tidak terkejut dengan cara para pemain ini meramu potensi dengan sikap mereka. Mereka cerdas dan luar biasa. Itulah sebabnya kami sampai ke tahap ini. (*)