PROSUMUT – PEMILU 17 April 2019 hari Rabu ini akan menjadi pemilu satu hari terbesar di dunia.
Ratusan juta rakyat Indonesia akan memilih lima lapis perwakilan rakyat di hari yang sama.
Sementara itu, Pilpres 2019 yang mengadu Jokowi dan Prabowo akan menjadi pemilihan yang hasilnya paling dinantikan.
Ratusan juta rakyat Indonesia akan memberikan suara mereka pada pemilu legislatif dan Pilpres 2019 beberapa hari lagi setelah berakhirnya kampanye yang berfokus pada ekonomi.
Namun, bayangan politik Islam masih menaungi negara mayoritas Muslim terbesar di dunia ini.
Sebagian besar jajak pendapat menunjukkan Presiden Jokowi unggul dua digit, tetapi kubu Prabowo membantah temuan semua jajak pendapat itu.
Kubu oposisi itu juga mengatakan pihaknya telah mengungkap ketidakberesan data yang mempengaruhi jutaan orang dalam daftar pemilih dan telah berjanji untuk mengambil tindakan hukum atau menggunakan ‘kekuatan rakyat’ jika keluhannya tidak diatasi.
Beberapa analis mengatakan kemenangan yang tidak terduga untuk oposisi mungkin akan menyebabkan kemerosotan singkat di pasar Indonesia, sementara selisih yang sangat tipis dapat meningkatkan risiko perselisihan.
“Dalam sebuah skenario di mana Jokowi menang dengan selisih yang tidak terduga, protes besar dan berkepanjangan di Jakarta akan meningkatkan ketegangan dan menekan mata uang,” kata Kevin O’Rourke, seorang analis politik dan penulis Reformasi Weekly, melansir Reuters, Senin 25 April 2019.
Walaupun sebagian besar jajak pendapat telah menunjukkan bahwa presiden unggul, jajak pendapat ini tidak dapat diterima begitu saja, kata seorang pejabat senior pemerintah.
“Semua orang benar-benar buta karena kami tidak tahu sejauh mana jajak pendapat dapat diandalkan,” kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim.
Jokowi mengakhiri kampanye enam bulannya dengan rapat umum besar-besaran di stadion GBK pada akhir pekan ini, di mana para pendukungnya tumpah ke taman dan jalan-jalan di sekitar stadion.
Berlari-lari di atas panggung dengan sepatu ketsnya, berpidato di depan kerumunan yang bersorak-sorai setelah konser selama berjam-jam dari band-band lokal, ia menyerukan nada optimis untuk masa depan demokrasi terbesar ketiga di dunia ini.
Nada optimis itu sangat kontras dengan nada lawannya, yang telah berulang kali memperingatkan Indonesia berada di ambang kehancuran.
Prabowo, di rapat umum yang sama pada akhir pekan sebelumnya, yang dihadiri oleh banyak orang berhijab lebar, menyampaikan pidato berapi-api tentang bagaimana Indonesia dijarah oleh orang asing dan elit.
Jokowi telah menggembar-gemborkan rekor infrastruktur dan deregulasi sebagai keberhasilan besar selama masa jabatannya, menyebut itu sebagai langkah pertama untuk mengatasi ketidaksetaraan dan kemiskinan di ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Dalam debat akhir pekan yang disiarkan televisi, Jokowi dan pasangannya, Ma’ruf Amin, mengatakan lawan mereka, yang keduanya tidak pernah menjabat di kantor publik selama lebih dari beberapa bulan, tidak mengerti tentang pengelolaan ekonomi makro.
Jokowi, seorang Muslim moderat dari Jawa Tengah, harus memompa kepercayaan Islamnya setelah diserang dengan hoax yang menuduhnya anti-Islam, komunis, dan terlalu dekat dengan China.
Prabowo, yang memiliki hubungan dekat dengan beberapa kelompok Islam garis keras, dan pasangannya, taipan bisnis Sandiaga Uno, telah berjanji untuk meningkatkan perekonomian dengan memangkas pajak sebanyak 8 poin persentase, dan fokus pada proyek-proyek infrastruktur utama.
Hampir 500.000 anggota Polri dan TNI akan menyebar di seluruh kepulauan Indonesia untuk mengamankan pemilu.
Di Jakarta, petugas akan menjaga ketat TPS-TPS untuk mencegah intimidasi atau bentrokan pemilih, kata juru bicara Polri nasional Dedi Prasetyo.
Di hari yang sama, lebih dari 192 juta rakyat Indonesia juga akan memberikan suara mereka di pemilu legislatif, untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD, yang diperebutkan oleh lebih dari 245.000 kandidat, dalam apa yang disebut sebagai pemilu terbesar di dunia yang diselenggarakan dalam satu hari.
Pemungutan suara di luar negeri telah berlangsung, ribuan warga Indonesia akhir pekan ini mendatangi kedutaan Indonesia di Singapura dan Australia untuk memberikan suara mereka.
Pada hari Rabu, 17 April, TPS akan dibuka pada jam 7 pagi di Indonesia timur dan ditutup pada jam 1 siang di Indonesia bagian barat.
Pemilih secara manual akan menyoblos lima surat suara terpisah untuk presiden dan wakil presiden, dan kandidat legislatif.
‘Penghitungan cepat’ tidak resmi, yang dihitung berdasarkan sampel suara dari TPS, akan dirilis beberapa jam setelah pemungutan suara berakhir dan hasil kemenangan kemungkinan akan keluar pada Rabu malam.
KPU akan mengumumkan hasil resmi pada Mei 2019.
Calon memiliki 72 jam setelah hasil resmi diumumkan untuk mengadu ke Mahkamah Konstitusi.
Panel sembilan hakim memiliki 14 hari untuk mencapai keputusan, dan pengadu tidak dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Setelah wawancaranya dengan kandidat penantang di Pilpres 2019, Prabowo Subianto, seorang wartawan dari media Inggris, The Guardian, mengatakan: Prabowo bukanlah seseorang yang ingin Anda pancing kemarahannya.
Kate Lamb, wartawan tersebut, mendapatkan kesempatan yang jarang untuk wawancara langsung dengan mantan jenderal tersebut, menemani Prabowo dalam perjalanan di hari-hari terakhir kampenya Pilpres 2019.
Prabowo mengatakan, dia sudah berkali-kali diserang oleh media. Hal itu membuat pria 67 tahun itu berhati-hati dalam menerima pertanyaan yang dilayangkan The Guardian.
Setelah ditanyai serangkaian pertanyaan tentang apakah dia memainkan politik identitas, mendekatkan diri dengan kelompok Islam garis keras untuk kepentingan politik, Prabowo yang meradang meledak.
“Saya bukan seseorang yang takut dengan orang kulit putih,” gelegarnya, membanting gelas ke atas meja kayu di depannya.
Saat itu, Prabowo sedang berada di atas pesawat pribadinya, terbang di atas Laut Jawa setelah berkampanye di Palembang, Sumatera Selatan.
“Jangan datang dan mengajari saya demokrasi! Jangan ajari saya politik identitas, saya tahu! Saya adalah seorang komandan, saya memiliki tentara Kristen, tentara Hindu, yang tewas di bawah komando saya. Anda pikir saya akan mengkhianati mereka?” Melansir The Guardian, Minggu 14 Maret 2019.
Dengan waktu yang semakin mepet jelang Pipres 2019, emosi tentu tak terkendali. Hasil jajak pendapat mayoritas menunjukkan, kandidat petahana Presiden Joko Widodo masih memimpin dengan jarak yang cukup lebar di depan Prabowo.
Pemilu Indonesia yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 17 April 2019, berlangsung di tengah pergeran kemusliman warga negaranya.
Walau tidak “seganas” Pilkada Jakarta yang berujung dengan penahanan Ahok, Pilpres 2019 tetap diliputi isu-isu religius.
Baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama berusaha menarik basis Islam konservatif.
Suasana pawai kampanye Prabowo dipenuhi dengan simbol-simbol Islam dan dia telah mendekati kelompok-kelompok Islam garis keras.
Ia dilaporkan telah menandatangani kesepakatan akan mempromosikan agenda Islam-konservatif jika menang.
Selama kampanyenya, Prabowo dengan berapi-api menyerukan kecamannya terhadap “elit yang korup”.
Hal itu adalah salah satu topik favoritnya. Ia gemar mencela politisi-politisi yang katanya berbohong, yang tidak sesuai dengan nasionalisme mereknya.
“Kita harus bisa menjadi negara yang bisa berdiri sendiri, kalau tidak kekayaan kita akan terus dicuri,” teriaknya.
Massa yang setuju menyambut dengan liar.
Melihat massa yang tak kalah semangat, lingkar dalam Prabowo merasa percaya diri.
“Lima tahun yang lalu tidak seperti ini,” ujar Aryo Djojohadikusumo kepada The Guardian.
Dari dalam mobilnya, politisi Gerindra yang juga keponakan Prabowo ini mengatakan, “Lihat antusiasme di jalan-jalan. Orang-orang menghentikan mobil mereka agar bisa berfoto bersamanya.”
Menjelang kembali ke pesawatnya, para wanita meneriakkan namanya, dan para pendukung menyerahkan uang mereka yang kusut ke tangan Prabowo.
“Mereka memberi saya uang, yang mungkin adalah seluruh pendapatan mereka hari itu,” ujarnya.
“Saya sangat terharu. Mereka ingin memeluk saya, mereka ingin menyentuh saya, memangnya saya apa? Saya hanya orang biasa, namun mereka memberi saya begitu banyak harapan.”
Di belakangnya, timnya menyusun setumpuk baju safari bersih dan satu tas topi cowboy yang sama dengan yang sedang dikenakan Prabowo, yang juga menjadi ciri khasnya selama kampanye.
“Semua reli kampanye saya seperti itu,’ lanjut Prabowo, sambil menyisip minuman dari cangkirnya yang elegan dengan pegangan bersaput emas.
“Inilah kenapa saya rasa mungkin ini waktunya untuk mengundang media-media asing, agar mereka datang dan melihat sendiri. Karena jika Anda hanya melihat elit-elit Jakarta, Anda tidak akan mendapatkan gambaran sebenarnya.”
Hanya beberapa hari jelang Pilpres 2019, kubu Prabowo kukuh mengklaim, kebanyak hasil jajak pendapat yang ada salah. Mereka menegaskan bahwa Prabowo memimpin di depan, berdasarkan survei internal yang mereka tolak untuk memberikan detilnya.
“Saya merasa sangat kuat,” ujar Prabowo. “Jika para penguasa ingin bermain curang mereka akan berhadapan dengan kehendak rakyat.”
Seorang nasionalis sejati, Prabowo menegaskan ia akan memperjuangkan nasib yang lebih baik bagi Indonesia.
Ia berkali-kali mengatakan akan memastikan kecukupan pangan, menciptakan basis manufaktur yang kuat, dan menurunkan harga bahan pokok serta listrik.
Ia mengatakan bahwa ia jijik dengan kesulitan ekonomi yang kini dialami Indonesia.
Ia mengatakan bahwa Jakarta bahkan tidak bisa memberikan air bersih kepada orang-orang yang paling membutuhkan. Korupsi juga kronis, tambahnya.
Prabowo Subianto berasal dari keluarga terpandang. Dia mengenyam pendidikan di luar negeri, termasuk London.
Ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo adalah seorang ekonom ternama. Prabowo juga pernah menjadi menantu dari mantan diktator Suharto.
Saat menjadi jenderal, Prabowo diberhentikan dari militer karena tuduhan ia terlibat dalam penculikan dan penyiksaan aktivis reformasi 1998. Klaim ini selalu dibantahnya.
Bertemu secara langsung, Kate Lamb mengatakan Prabowo adalah seorang yang cerdas, karismatik, namun juga pelik.
Pembicaraannya dengan Prabowo meliputi topik-topik seperti sejarawan Yunani Thucydides, persidangan bandar narkoba El Chapo, etiket yang benar dari permainan Polo, dan idola masa kecilnya, Robin Hood.
Namun, Prabowo juga mengakui bahwa ia berasal dari kelompok satu persen, kaum elit Indonesia.
“Saya adalah bagian dari satu persen,” akunya, “saya tidak perlu berada di sini.”
Namun pikirannya tampaknya didominasi oleh keadaan Indonesia saat ini—negara yang menurutnya telah mengalami keterpurukan ekonomi dan bahan tertawaan dunia— hal yang membuatnya merasa perlu untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Satu hal juga yang menonjol dari Prabowo adalah emosinya, yang telah berkali-kali muncul kepermukaan.
Minggu lalu, dalam suatu acara kampanye, Prabowo terekam membanting-bantingkan kepalan tangannya ke mimbar, yang ramai dibicarakan.
Pada akhirnya, Prabowo meminta maaf kepada The Guardian atas ledakan emosinya tadi. Namun dia juga memastikan poin-poinnya sampai.
Selalu seorang prajurit, Prabowo menegaskan bahwa ia akan selalu membela ideologi Indonesia yang mengakui berbagai perbedaan agama sampai ke titik darah penghabisan.
Pernyataannya itu bertentangan dengan pernyataan dari Andreas Harsono dari Human Rights Watch.
Andreas mengatakan, saat menjabat sebagai jenderal, Prabowo telah menolak promosi tentara-tentara Hindu dan Kristen atas landasan agama.
Namun, Prabowo juga berargumen, bahwa tidak seperti presiden saat ini, dia tidak memilih seorang ulama sebagai wakil presidennya.
Saat Jokowi memilih Ma’ruf Amin, ulama konservatif berusia 76 tahun sebagai wakilnya, Prabowo memilih Sandiaga Uno, mantan bankir investasi berusia 49 tahun.
“Siapa yang memiliki nyali untuk tidak memenuhi tuntutan para ulama?” serunya.
“Kenapa Anda tidak menulis bahwa saya memiliki nyali untuk melawan mereka! Tidak ada yang menulis tentang hal itu!” (*)