Prosumut
Infrastruktur

Jembatan Tanpa Besi

Oleh: Pran Hasibuan, Jurnalis, Tinggal di Sergai  

JEMBATAN Titi Besi rusak lagi. Makin parah. Belum berumur setahun. Pascadiperbaiki tahun lalu. Tepatnya pengerjaan dimulai Oktober. Seingat saya, itu pakai Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Kondisi jembatan yang rusak, sudah berlangsung dalam empat bulan belakangan ini. Besi-besinya sudah tak nampak lagi. Padahal itu konstruksi/pondasi jembatan. Diperparah dengan kondisi jalan yang berlubang.

Warga setempat pun berinisiatif. Mereka 24 jam berada di situ. Tepat di titik kerusakan. Coba ‘menukangi’ kerusakan jalan dan jembatan. Tokok sana, tokok sini. Tambal batu, tanah, dan pasir dengan peralatan seadanya. Juga sambil membawa kardus. Mengarahkan kendaraan bermotor yang lewat agar aman ketika melintas. Dan tentunya ada ‘upah’ untuk upaya dimaksud. Seikhlasnya.

Jembatan Titi Besi berada di Desa Baru Titi Besi, Kecamatan Galang, Deli Serdang. Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Persisnya berbatasan dengan Kecamatan Serbajadi. Di bawah dari jembatan ini setahu saya merupakan aliran dari Sungai Sei Ular Perbaungan, yang amat melegenda.

Sekarang ini, jika mau melalui Jembatan Titi Besi atau biasa juga disebut Jembatan Ular, harus secara perlahan. Karena jika tak hati-hati, roda kendaraan bakal terjerembab ke sela-sela lubang titi. Terlebih bagi pengendara sepeda motor. Alamatlah dapat terjungkal.

Tanda waspada menuju Titi Besi, sudah dibentangkan spanduk pada kedua sisi jembatan. Bahkan 50 meter sebelum itu, ada juga peringatannya. Berupa baliho kecil. Tulisannya: “Hati-hati Jembatan Rusak, Kendaraan di Atas Lima Ton Dilarang Melintas”.

Walau begitu, amatan saya, masih terlihat banyak truk-truk tonase tinggi–di atas larangan pada spanduk– tetap melintas. Tetap bisa lewat, hanya ada ‘upah’ untuk itu. Sebab ‘Pak Ogah’ selalu stand by di sana. Tentu seikhlasnya pula. Hehehe.

Sejatinya terdapat jalur alternatif selain melewati Jembatan Ular. Tetap saja nanti keluarnya tak jauh dari Titi Besi. Atau didekat kantor Camat Serbajadi. Masuknya bisa dari kota Galang. Setelah pajak Galang belok kiri. Nantinya, pengendara bakal melewati jembatan panjang yang ada di wilayah itu. Banyak lahan-lahan pertanian. Hasilnya, kerap dipasok ke Pajak Galang. Harga pun lebih ekonomis. Udaranya juga lumayan asri. Kalau dari Serbajadi, sebelum ketemu kantor camat, belok kanan. Tepatnya dari Desa Tambak Cukur.

Selama ini, jembatan Titi Besi sudah menjadi penghubung lintas kabupaten bagi masyarakat. Sebab jalur alternatif Lubuk Pakam–Tebing Tinggi itu dulunya sangat primadona dilalui. Yakni sebelum ada jalan tol Medan-Tebing Tinggi. Bahkan hingga kini bagi truk-truk bertonase sedang dan tinggi. Lebih suka melewati jalur dimaksud ketimbang masuk tol. Alasannya, tarif tol dinilai selangit.

Selain melintas, banyak truk yang mengangkut material pasir dan batu (sertu) dari kedua daerah tersebut. Sehingga Jembatan Ular berperan amat besar bagi aktivitas bisnis. Konektivitas, mobilitas, dan perekonomian masyarakat tentu sangat terganggu bila infrastruktur itu rusak.

Tahun lalu pada 28 Juni, seingat saya lagi, ada permintaan dari camat Serbajadi untuk perbaikan jembatan. Ke Pemerintah Provinsi Sumut melalui Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK). Perbaikan jembatan tersebut dimulai dari 27 Oktober sampai 10 November. Selama pengerjaan infrastruktur hampir dua pekan itu, jalan pada titik tersebut ditutup sementara. Dialihkan ke jalan yang sebelumnya saya jelaskan.

Perkembangan anggaran yang saya ikuti di Pemprov Sumut, Gubernur Edy Rahmayadi dan wakilnya, Musa Rajekshah (Ijeck), telah alokasikan buat pembangunan jalan, jembatan, dan saluran drainase secara jamak. Mulai 2022 hingga 2024. Angkanya fantastis: Rp 2,7 triliun.

Berdasarkan data Dinas BMBK Sumut, ada sekitar 580 km jalan provinsi dengan status rusak total. Namun dana Pemprov Sumut sebesar Rp 2,7 triliun itu, hanya bisa dimaksimalkan untuk 450 km atau 81% dari total jalan yang rusak. Sepanjang 450 km yang akan dibangun dan ditingkatkan terdapat 250 km yang masih jalan tanah. Sedangkan untuk drainase, Pemprov Sumut akan membangun sepanjang 71 km dan jembatan sebanyak 20 titik.

“Kami optimis pekerjaan ini bisa selesai tepat waktu, dan akhir 2022 bisa tercapai 33%,” kata Bambang Pardede, Kepala Dinas BMBK Sumut kepada media belum lama ini.

Lantas sisa 67% lagi, menurut Bambang, ditargetkan selesai akhir 2023. Ia tegaskan, di 2022 ini anggaran telah tersedia sebesar Rp500 miliar, sisanya dianggarkan tahun depan senilai Rp1,5 triliun dan akhir 2024 sebesar Rp 700 miliar.

Proyek prestisius Edy-Ijeck ini, sebelumnya telah dimulai alias di-groundbreaking. Tepatnya di Desa Suka Makmur, Kutalimbaru, Deli Serdang, 27 Juni lalu. Di Suka Makmur jalan yang akan dibangun sepanjang 12 km ditambah jembatan. Jalan ini akan menjadi jalur alternatif yang sejajar dengan jalan utama Medan-Berastagi. Jalan di Desa Makmur juga termasuk prioritas utama karena Berastagi merupakan kawasan pariwisata unggulan Sumut.

“Kita maunya semua, tetapi dana sampai 2024 yang kita miliki Rp2,7 triliun dan itu hanya bisa untuk 450 km, jadi kita harus memilih yang prioritas. Ke depan kita akan selesaikan semuanya,” kata Gubernur Edy Rahmayadi.

Jalan sepanjang 450 km yang dibangun dan diperbaiki ini tersebar di 33 kabupaten/kota (kecuali Labusel). Ada tiga skala prioritas pada pembangunan jalan, drainase dan jembatan ini yaitu jalan strategis pariwisata unggulan, jalan penunjang prioritas nasional dan usulan kepala daerah.

“Labusel tidak termasuk karena di sana tidak ada jalan berstatus provinsi,” kata Edy Rahmayadi.

Semoga saja dari sekian titik jembatan yang mau dibangun atau diperbaiki itu ada ‘jatah anggaran’ untuk Jembatan Titi Besi. Setidaknya dapat ditampung di Perubahan APBD Sumut tahun ini juga. Mengingat jembatan ini juga memiliki multi efek bagi perekonomian masyarakat Sumut. Dan perbaikannya tahun lalu pun, melalui PAPBD Sumut. Jangan sampai nama jembatan itu tak sesuai dengan kondisinya lagi: Jembatan Tanpa Besi!  (*)

Editor: Val Vasco Venedict 

Konten Terkait

Pemko Medan Segera Keluarkan Perwal Baru Larangan Reklame di Trotoar

Ridwan Syamsuri

Perlebaran Jalan Kabanjahe – Berastagi Masih Tertunda

Ridwan Syamsuri

Pembangunan RSU Tipe C di Medan Labuhan Terkendala Kesalahan Perencanaan

Ridwan Syamsuri

DPRD Langkat Tinjau Bendung Sei Lepan

admin2@prosumut

Waskita Realty Mulai Diskon PPN 10% untuk Vasaka The Reiz Condo

Editor Prosumut.com

Titik Banjir di Lapangan Merdeka & Medan Selayang Kelewat Parah, Balitbang Carikan Solusinya

Ridwan Syamsuri
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara