Oleh: Batara L. Tobing, Kolumnis Prosumut.com
TIM nasional Australia yang dijuluki “Socceroos” layaknya banteng ketaton, banteng yang sedang terluka saat berusaha menaklukkan timnas Indonesia saat berlaga di pertandingan kedua grup C Zona Asia dalam kualifikasi Piala Dunia sepakbola babak ketiga di Gelora Bung Karno Jakarta, Selasa malam 10 September 2024.
Menggempur timnas Indonesia habis habisan sepanjang laga yang berlangsung secara sengit dan menarik.
Namun kokohnya lini pertahanan timnas Indonesia dan piawai nya penjagaan Maarten Paes di bawah mistar gawang Indonesia menghasilkan hasil clean sheet bagi kiper Paes dengan hasil akhir draw 0 – 0, cukup membuat Australia patah hati saat berakhirnya laga.
Dapat dimaklumi, mengingat di pertandingan sebelumnya Australia menelan hasil pahit kalah dari Bahrain 1 – 0 dengan gol yang tidak disangka-sangka oleh “Socceroos” di masa injury time babak kedua.
Itulah sebabnya Australia tampil begitu ngotot ingin menang saat berhadapan dengan timnas Indonesia yang berkeinginan menyelamatkan muka, mengingat perbedaan ranking FIFA yang cukup jauh antara Australia di ranking 23 melawan Indonesia yang masih berada pada ranking 132.
Ngototnya Australia yang memeragakan permainan menyerang yang cepat dan keras selalu gagal untuk menjaringkan gol ke gawang Indonesia, alhasil menghasilkan tiga kartu kuning bagi pemain Australia yang tampak frustasi saat memaksakan keinginan untuk dapat menang menjurus permainan kasar.
Inilah penampilan perdana yang menawan dari Maarten Paes di stadion utama GBK Jakarta setelah di match sebelumnya melawan Arab Saudi, Paes tampil sebagai man of the match dengan berkali kali menyelamatkan gawang Indonesia dari gempuran serangan lawan.
Dari hasil dua kali draw, 1 – 1 saat melawan Arab Saudi dan hasil 0 – 0 saat melawan Australia merupakan hasil akhir realistis yang cukup memuaskan bagi tim nasional Indonesia mengingat di statistik pertandingan sebelumnya antara Indonesia melawan Arab Saudi dan Australia, timnas Indonesia selalu menelan kekalahan.
Menunjukkan statistik permainan dan kualitas timnas Indonesia dengan tren meningkat cukup signifikan.
Peningkatan performa timnas Indonesia, tidak bisa dipungkiri merupakan hasil dari program naturalisasi pemain pemain keturunan Indonesia yang bermain di kompetisi Eropa sesuai kebijakan coach Shin Tae Yong dan PSSI sebagai induk olahraga sepakbola Indonesia.
Dengan performa yang dicapai oleh timnas Indonesia di babak ketiga grup C zona Asia ini, mengindikasikan program naturalisasi PSSI yang cukup sukses memperkuat barisan pertahanan mengingat beberapa pemain timnas Indonesia yang direkrut melalui naturalisasi adalah pemain-pemain bertahan yang telah menunjukkan tren peningkatan kualitas pertahanan timnas.
Tetapi beberapa catatan di lini tengah dan lini serang timnas Indonesia masih memerlukan perbaikan performa. Lini tengah dan lini serang inilah kebutuhan mendesak yang mesti diperbaiki untuk dapat menghasilkan poin penuh di laga selanjutnya.
Dari beberapa upaya dan kebijakan PSSI di masa Eric Tohir sebagai ketua PSSI tampaknya upaya naturalisasi ini masih tetap berlangsung terutama untuk mengisi kelemahan di kedua lini ini.
Naturalisasi pemain keturunan Indonesia yang bermain di liga-liga utama Eropa untuk memperkuat timnas Indonesia sebenarnya hal sama yang lazim dilakukan oleh timnas negara-negara yang maju persepakbolaannya.
Bahkan timnas sekelas Prancis yang didominasi oleh pemain berkulit hitam merupakan hasil dari program naturalisasi juga.
Timnas Indonesia sendiri berpeluang besar menaturalisasi pemain diaspora terutama keturunan Indonesia di Belanda mengingat hubungan historis dan asimilasi keturunan Belanda dengan Indonesia di masa lalu.
Tidak mengherankan semenjak dahulu kala, pemain timnas Belanda banyak diisi oleh pemain-pemain yang berasal dari Maluku yang telah berdiam di negeri Belanda, seperti Simon Tahamata yang menjadi legenda klub Ajax Amsterdam dan beberapa pemain asal Indonesia lainnya.
Tidak salah apa yang diutarakan oleh Hinca Panjaitan saat rapat paripurna DPR RI untuk pengesahan alih kewarganegaraan pemain naturalisasi Calvin Verdonk dan Jens Raven untuk dapat bermain memperkuat tim nasional Indonesia, yang mengibaratkan naturalisasi sebagai mata air yang mengalir ke hilir, kini kembali ke asalnya di hulu.
Program naturalisasi terbukti mengangkat harkat bangsa Indonesia menjadi negara yang lebih disegani persepakbolaannya di Asia dan dunia berkat mata air yang mengalir ke berbagai diaspora.
Para pemain berdarah Indonesia itu kini kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Mereka membela Merah Putih ! (*)