PROSUMUT – Tanaman cabai merah tumbuh subur di areal konsesi PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk di kawasan Porsea, Kabupaten Toba.
Tumbuh suburnya cabai merah tersebut mematahkan kabar tidak benar terkait tanaman eucalyptus yang disebut mematikan tanaman lain di sekitarnya.
“Bisa kita lihat di objek perusahaan (TPL), tanaman eucalyptus tumbuh berdampingan dengan tanaman lainnya. Hal ini tentu menjadi bukti dan sekaligus mematahkan isu tidak benar, bahwa eucalyptus mematikan tanaman endemik yang berada di sekitarnya,” ujar Manager Corporate Communication TPL, Salomo Sitohang saat mendampingi kunjungan jurnalis ke areal konsesi perusahaan pulp tersebut, Senin 18 November 2024.
Bukan sekedar berkunjung, para awak media juga secara langsung memetik cabai merah yang terhampar di antara tanaman pohon eucalyptus di Pondok Bina Tani milik TPL.
“Silakan kawan-kawan jurnalis memetik cabai merahnya,” tambah Salomo didampingi staf Corporate Communication TPL, Ricky Hutapea dan Indra Sianipar.
Sebelumnya, Salomo Sitohang mewakili manajemen TPL menyambut hangat kunjungan belasan jurnalis asal Sumut.
“Selamat datang rekan-rekan jurnalis di TPL. Perusahaan sangat terbuka bagi siapa pun termasuk jurnalis yang ingin melihat dan menyaksikan langsung operasional perusahaan dari dekat,” ungkap Salomo.
Dalam kesempatan itu, perwakilan manajemen TPL mengajak berkeliling ke operasional perusahaan, di antaranya lokasi pembibitan eucalyptus, pabrik pengolahan serat kayu (pulp), pengelolaan limbah hingga tanaman pohon eucalyptus.
Staf Community Development TPL, Tasya Sirait menjelaskan cabai merah tersebut ditanam di areal Pondok Bina Tani yang merupakan tempat percontohan, salah satunya program Intercrop TPL yaitu antara tanaman eucalyptus dengan palawija atau hortikultura.
Program Intercrop TPL adalah program tumpeng sari dengan menanam beragam tanaman diantara tanaman eucalyptus, dimana untuk menghasilkan panen yang maksimal jarak tanam dari tanaman eucalyptus diatur.
Saat ini program Intercrop TPL dilakukan dengan menanam beberapa jenis tanaman antara lain, kunyit, jahe, kopi, jagung, kentang, padi hingga ubi kayu.
“Cabai merah dan berbagai tanaman lain tumbuh subur berdampingan dengan eucalyptus. Hal ini sekaligus menepis isu-isu tidak benar, bahwa tanaman lain tidak dapat tumbuh berdampingan dengan eucalyptus,” terang Tasya.
Dia menyebutkan, hal penting yang perlu diperhatikan agar tanaman lain dapat tumbuh berdampingan dengan eucalyptus yakni jarak tanam.
Selama tanaman lain tersebut masih bisa terkena cahaya sinar matahari, maka tidak ada masalah.
“Jarak tanam antara eucalyptus dengan hortikultura (cabai merah) kami buat 7 meter. Sedangkan eucalyptus dengan eucalyptus 10 meter,” sebutnya.
Diutarakan Tasya, kondisi jarak tanam tersebut sudah berlangsung lebih dari tiga tahun dan masih bisa ditanami berbagai macam tanaman hortikultura.
“Cara budidayanya sama saja dengan tanaman yang ditanam secara monokultur, tetap diberi pupuk dan pestisida dengan dosis yang tepat,” ujarnya.
Tasya menuturkan, cabai merah yang tumbuh subur berdampingan dengan eucalyptus tersebut ditanam pada bulan Mei 2024 lalu.
“Kami sudah sosialisasikan kepada masyarakat, dan memang awalnya masih bertanya-tanya. Akan tetapi, setelah diberikan pendampingan ternyata masyarakat merespon positif.
Ada sekitar 12 KTH (Kelompok Tani Hutan) yang kami bina. Bahkan, di luar dari itu, ada juga kelompok tani lain yang kami bina,” pungkas Tasya. (*)
Editor: M Idris