PROSUMUT – Perum Bulog Sumatera Utara (Sumut) memastikan harga beras tetap stabil, meski harga Bahan Bakar Minyak (BBM) naik.
Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumut, Arif Mandu menyebutkan, harga beras Bulog di Medan maupun kabupaten/kota di Sumut masih kisaran Rp8.600 hingga Rp9.000.
“Kalau di Bulog kenaikan BBM tentu tidak ada pengaruh. Harga penjualan kita sebelum naik BBM tetap Rp8.600, dan setelah kenaikan BBM pun tetap Rp8.600,” sebutnya, Rabu 5 Oktober 2022.
Arif menuturkan, pihaknya telah gelontorkan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau Operasi Pasar bersama Pemerintah Daerah (Pemda) menggelar pasar-pasar murah.
“Sampai saat ini (Januari- 4 Oktober 2022) total tersalur beras untuk pelayanan publik atau Public Service Obligation (PSO) yang dijual di pasar-pasar murah mencapai 29.600 ton. Target sampai akhir tahun 38.000 ton. Kita telah salurkan melalui Kantor Bulog di daerah-daerah,” ungkap Arif didampingi Wakil Pimpinan Perum Bulog Sumut Roy Rahmadi Perwira dan Humas Frans Sugara.
Menurutnya, penyaluran dengan menggelar pasar murah ini menjadi upaya-upaya untuk meredam pasca kenaikan harga BBM. Sebab kalaupun ada kenaikan tidak signifikan. “Seperti hasil pantauan Bulog di pasar harga masih Rp9.500 atau Rp9.600 bervariasi. Masih di bawah 10 ribuan lah,” ujarnya.
Padahal, lanjutnya, harga beras Bulog untuk Harga Eceran Tertinggi (HET) nya Rp9.950 dan tidak boleh melebihi dari itu.
“Untuk beras premium kita di harga Rp12 ribuan sampai Rp13 ribuan. Premium ini HET nya di Rp13.300, artinya masih tidak di atas itu. Jadi untuk harga beras Bulog di Sumut masih stabil ya, walau ada pergerakan tapi di bawah HET. Begitu juga jenis beras medium yang penting masih di bawah Rp10 ribu,” terangnya.
Lebih lanjut Arif mengatakan, saat ini untuk stok beras di Bulog Sumut ada 9 ribuan ton. Stok beras tersebut aman hingga Desember 2022. Sementara pengadaan baru 2.700 ton.
“Memang tahun ini penyerapan kita agak kurang karena program Bantuan Pangan Non Tunai (BPMT), sehingga kebijakannya beralih jadi bantuan tunai dan penyaluran beras jadi berkurang. Kami tak berani membeli terlalu banyak beras petani karena distribusinya yang berkurang,” jelas Arif.
Hal yang sama juga dilakukan Perum Bulog berbagai daerah seperti di Jatim, Jabar, Jateng dan Sulsel. Tingginya harga beras petani di Sumut karena panen tak serentak, sehingga harga menjadi tinggi. Bagi petani ini cukup bagus. “Kalau harga beras petani di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP), Bulog siap menyerapnya,” ucap Arif. (*)
Editor : Muhammad Idris
previous post