PROSUMUT – Untuk mengantisipasi terserang penyakit difteri, warga Medan diminta melakukan imunisasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menurut dr Restuti Hidayani Saragih SpPD dari RSUP H Adam Malik, pemerintah tidak akan mungkin menanggung vaksin sekitar 3 juta jumlah Medan karena keterbatasan anggaran.
Untuk itu, diharapkan kesadaran pada masyarakat guna imunisasi pencegahan bakteri difteri.
“Program vaksinasi difteri yang ditanggung pemerintah adalah untuk anak dan wanita usia subur. Namun, vaksin yang diberikan untuk anak dan dewasa berbeda,” ujarnya kepada wartawan, Senin 7 Oktober 2019.
Kata Restuti, vaksin difteri yang diberikan untuk anak dengan usia di bawah 7 tahun yaitu DPT (difteri, pertusis, dan tetanus).
Vaksin ini gratis dan ditanggung pemerintah. Akan tetapi, hanya didapatkan di Puskemas.
“Vaksin DPT di Puskesmas tak perlu ragu dengan kualitasnya karena sudah teruji. Begitu juga dengan wanita usia subur, asalkan datang ke Puskemas. Namun, vaksin untuk anak dan dewasa berbeda,” ucapnya.
Disebutkan dia, para orang tua diingatkan jika anaknya belum lengkap imunisasi maka harus dilengkapi dan datang ke Puskemas.
Namun, apabila sudah terlambat, jangan khawatir dan tetap datang ke Puskesmas.
“Meski terlambat, nantinya tetap dilakukan imunisasi tetapi hanya sampai anak usia 12 tahun. Kalau lebih dari 12 tahun dianggap sudah remaja, dan lebih dari 18 tahun dewasa,” sebutnya.
Ia menjabarkan, bagi orang dewasa diimbau melakukan imunisasi awal untuk difteri sebanyak tiga kali dengan rentang waktu nol bulan, satu bulan, dan tujuh sampai tiga belas bulan.
“Jika sudah tiga kali imunisasi dilakukan, maka setiap 10 tahun sekali harus mengulang sekali saja. Tujuannya, sebagai penguatan terhadap imunitas tubuh,” paparnya sembari menuturkan, imunisasi difteri bagi dewasa harga sekali vaksin sekitar Rp30 ribu sampai Rp50 ribu.
Dia menambahkan, untuk mencegah difteri tidak hanya mengandalkan vaksin saja tetapi juga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Penyakit ini penularannya dari percikan ludah, kontak erat hingga kulit luka yang terbuka. Jadi, ketika hendak menyentuh makanan harus dibiasakan mencuci tangan. Namun, cuci tangan yang dilakukan harus diperhatikan dengan baik dan benar,” tandasnya. (*)