PROSUMUT – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) akan merenovasi dan membenahi Museum Negeri Sumut pada tahun ini.
Hal itu diharapkan dapat menjadikan museum kebanggaan masyarakat Sumut ini sebagai magnet wisata baru di daerah ini.
“Sesuai dengan visi dan misi Bapak Gubernur, untuk melakukan peningkatan jumlah wisatawan yang datang dan juga mengedukasi sejarah kepada anak-anak kita yang ada di Sumut. Mudah-mudahan dengan adanya renovasi ini, museum negeri bisa menjadi magnet wisata di Sumut,” ujar Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah saat melakukan peninjauan ke Museum Negeri Sumut di Jalan HM Joni Medan, Rabu 5 Februari 2020.
Didampingi Asisten Administrasi Umum dan Aset Setdaprov Sumut M Fitriyus, Plt Kepala BPKAD Ismael Sinaga, Kepala Bidang Inovasi dan Teknologi Balitbang Sumut Martina Silaban dan Kepala UPT Museum Negeri Sumut Sugiarto, Wagub meninjau seluruh bangunan museum dari lantai satu hingga lantai dua.
Tidak jarang Wagub dan rombongan berhenti dan mengamati beberapa koleksi museum.
Sejak diresmikan pertama kali tahun 1982, museum yang kini menyimpan sekitar 7.000 koleksi ini belum pernah direnovasi secara total.
Padahal, museum yang berdiri di atas lahan seluas 10.468 m² tersebut diharapkan dapat mengikuti perkembangan zaman sehingga menarik minat masyarakat untuk berkunjung.
“Setelah kita lihat perkembangan museum-museum yang ada saat ini ternyata sudah banyak museum yang memasukkan konsep digital di dalamnya. Kondisi seperti ini lah yang sesuai dengan keinginan anak-anak kita yang serba digital. Mereka tidak akan tertarik untuk datang ke sini (museum), karena masih menggunakan pola lama. Atas dasar itulah kenapa kita ingin merenovasi total Museum Negeri Sumatera Utara ini,” ujar Musa Rajekshah yang akrab disapa Ijeck.
Ijeck pun menjelaskan, renovasi dilakukan agar fasilitas Museum Negeri Sumut mengikuti perkembangan zaman saat ini.
Tujuannya agar edukasi tentang sejarah bisa sampai ke anak-anak, terutama anak anak yang sedang sekolah.
Juga agar para pengunjung dari luar Sumut hingga mancanegara semakin banyak yang berminat untuk datang ke museum ini.
“Kalau kita tidak ikuti perkembangan zaman, tidak akan ada yang mau datang ke museum. Dan museum ini pun tidak akan bisa menjadi pusat edukasi. Tidak bisa juga menjadi pusat sejarah dan budaya di Sumut. Paling tidak orang datang ke sini bisa mengetahui apa itu Sumut,” terang Ijeck.
Terpisah, sejarawan asal Sumut Phil Ichwan Azhari mengapresiasi rencana renovasi museum tersebut.
Namun menurutnya sebaiknya renovasi juga diarahkan untuk menyiapkan ruangan konservasi yang standar yang belum ada saat ini.
“Banyak koleksi museum seperti pustaha (manuskrip kuno) Batak yang berjumlah sekitar 250 manuskrip terancam musnah yang mengalami kerusakan karena tidak memiliki ruangan penyimpan yang cocok dengan pengaturan suhu yang sesuai untuk kertas kuno. Juga manuskrip Islam cukup banyak yang tidak tertangani karena ketiadaan ruangan. Banyak juga arca termasuk prasasti yang ditempatkan tidak pada tempat yang layak,” ujar Ichwan.
Selain tentang renovasi, menurut Ichwan jumlah koleksi museum juga perlu terus ditambah. Apalagi Sumut memiliki banyak warisan sejarah dan budaya.
“Koleksi barang-barang Sumut yang monumental yang sangat penting belum ada di museum ini. Warisan sejarah pers, sejarah intelektual berupa buku hasil pemikiran cendekiawan Sumut, koleksi uang kuno, benda prasejarah, emas kuno, arca perunggu abad 7 sampai 18, ribuan manik-manik kuno nyaris tidak dimiliki museum ini,” tambahnya. (*)