PROSUMUT – Di masa lalu zaman kakek nenek atau eyang buyut kita, mungkin masih menyisihkan uang dari penghasilan untuk kebutuhan di masa depan dengan menyimpan di kotak penyimpan di dalam lemari atau di celengan, atau bahkan di bawah bantal.
Jika uang yang disimpan di rumah sudah banyak, orang-orang masa lalu biasa membeli emas atau tanah sebagai sarana investasi.
Nah, konsep menyisihkan sejumlah uang untuk disimpan demi memenuhi suatu kebutuhan di masa depan atau keperluan mendadak sudah menjadi tradisi turun temurun.
Akan tetapi, semakin maju, bank saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Mengapa? Karena, bunga atau imbal hasil (return) yang kita dapatkan dengan menabung di bank tidak sebanding dengan inflasi yang terjadi setiap tahunnya, sehingga jika dibandingkan dengan kenaikan harga barang dan jasa tersebut, uang yang kita tabung di bank sebenarnya justru mengalami penurunan nilai.
Diterangkan Kepala Perwakilan BEI Sumut, Pintor Nasution melalui rilisnya, Jumat 15 Januari 2021 untuk contohnya yakni seorang istri menyisihkan uang pemberian suaminya agar bisa membeli mobil idaman yang harganya saat ini sebut saja Rp200 juta.
Dia membayangkan, dengan menyisihkan Rp2 juta per bulan, dalam 10 tahun dia akan bisa membeli mobil tersebut. Padahal, pada 10 tahun mendatang, uang senilai Rp200 juta yang terkumpul sudah tidak cukup lagi membeli mobil yang sama karena harga mobil tersebut naik antara 10-15 persen per tahun.
Namun, dalam 10 tahun, mobil yang sama harganya sudah berkisar Rp400 juta. Dari sinilah konsep investasi muncul.
Investasi diartikan sebagai sebuah upaya, baik dalam bentuk materi, tenaga, atau waktu, yang dilakukan pada saat ini, untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
“Uang atau modal yang kita investasikan seiring dengan berjalannya waktu akan bertumbuh melebihi modal awalnya jika dialokasikan secara baik. Sehingga, investasi berpotensi memberikan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan tabungan. Pada contoh seorang Ibu tadi, jika dana yang disisihkan disimpan ke dalam produk investasi, maka di waktu yang diharapkan, dana yang terkumpul beserta hasil investasinya bisa mencukupi untuk membeli kendaraan yang diidamkannnya sepuluh tahun lalu. Itulah yang membedakan investasi dari tabungan,” jelasnya.
Walaupun menabung secara konvensional tetap diperlukan untuk keperluan yang sifatnya mendadak, namun dengan hanya menabung saja, nilai uang kita tidak akan bertumbuh melebihi inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa.
“Investasi ada kaitannya juga dengan perencanaan keuangan. Berbagai rencana di masa depan dapat dipersiapkan melalui konsep berinvestasi. Dengan perencanaan yang baik, kita dapat “mencicil” kebutuhan yang diperlukan sedini mungkin agar berbagai kebutuhan di masa depan dapat berjalan dengan lancar,” imbuhnya.
Adapun beberapa contoh perencanaan keuangan yang bisa disiapkan melalui investasi antara lain, biaya pernikahan, biaya membeli rumah, kebutuhan menyekolahkan anak, dana pensiun, biaya membangun usaha, mempersiapkan dana warisan, dan kebutuhan jangka menengah dan panjang lainnya.
Sementara, untuk kebutuhan jangka pendek di bawah satu atau dua tahun, bisa dilakukan dengan menggunakan instrumen perbankan yang sifatnya lebih aman dalam jangka pendek.
Beda dengan tabungan yang relatif kecil risikonya, instrumen investasi memiliki tingkat risiko tertentu. Semakin tinggi potensi keuntungan, maka semakin besar juga potensi risiko kehilangan modal investasi.
Sebaliknya, semakin kecil potensi keuntungan, semakin kecil pula risiko investasi. Istilah yang sering digunakan dalam berinvestasi “high risk, high return – low risk, low return”.
Kaitan jangka waktu ada hubungan dengan risiko berinvestasi. Agar risiko investasi bisa dikelola, jangka waktu menjadi salah satu strategi. Semakin panjang jangka waktu investasi, maka semakin besar risikonya.
Sebaliknya, jika kebutuhan dana yang dialokasikan lebih pendek, maka sebaiknya memilih produk yang lebih rendah risikonya.
“Dengan berinvestasi, kita dapat mulai mempersiapkan kebutuhan di masa depan dengan memanfaatkan dana yang kita miliki saat ini. Penyusunan strategi investasi sedini mungkin menjadi kunci sukses investasi untuk memenuhi impian di masa depan. Alokasikan sebagian kecil dari gaji bulanan kita, atau keuntungan dari usaha kita ke dalam produk-produk investasi. Cara paling bijak adalah dengan memprioritaskan di urutan pertama alokasi dana penghasilan kita ke dalam instrumen investasi dengan proporsi sekitar 10-30 persen. Baru selebihnya untuk biaya hidup,” pungkasnya.
Jika dilakukan sejak dini, hanya dengan mengalokasikan sebagian kecil dari gaji bulanan kita maka berinvestasi akan terasa ringan karena kita tidak perlu mengubah gaya hidup secara drastis.
Karena juga bisa memanfaatkan dana yang diterima sewaktu-waktu untuk dibelikan produk investasi. Misalnya, bonus akhir tahun yang jumlahnya tidak pasti, kenaikan gaji, atau bunga dari tabungan di bank. (*)
Reporter : Nastasia
Editor : Iqbal Hrp
Foto : Ilustrasi