PROSUMUT – Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr Muhammad Ildrem, drg Ismail Lubis menegaskan komitmennya dalam mendorong transformasi pelayanan kesehatan jiwa di Sumatera Utara.
Dia menyampaikan, RSJ Prof Muhammad Ildrem akan mengembangkan layanan tidak hanya untuk pasien gangguan jiwa berat, namun juga membuka layanan medis umum dan ruang rehabilitasi yang lebih manusiawi dan inklusif.
“Selama ini rumah sakit jiwa dikenal hanya untuk layanan gangguan jiwa. Tapi, sekarang kita menuju transformasi mental. Kita ingin pasien merasa seperti di rumah sendiri, bukan seperti sedang dikurung,” ujar Ismail kepada wartawan baru-baru ini.
Pihak rumah sakit telah menyelesaikan proses perencanaan dan pelelangan untuk pembangunan gedung rawat inap medis umum.
Rencana ini termasuk pembangunan ruang rawat inap Bukit Barisan dan Dolok Sanggul yang dilengkapi ruang terbuka hijau (RTH).
Ismail menekankan pentingnya RTH sebagai bagian dari penyembuhan. Ketika pasien ingin duduk santai, tidur, atau menenangkan diri, mereka bisa melakukannya di taman.
“Suasana seperti ini mempercepat pemulihan, bukan hanya secara fisik, tapi juga mental,” sebutnya.
RSJ Prof Muhammad Ildrem berdiri di atas lahan seluas 3,8 hektare, dengan bangunan mencapai 25.800 meter persegi.
Namun, untuk mewujudkan rencana besar ini, rumah sakit membutuhkan anggaran signifikan.
“Kami berharap dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan untuk membantu merealisasikan cita-cita ini, dan ke depan RSJ ini tidak lagi menjadi rumah sakit jiwa, tapi menjadi rumaj sakit umum. Di mana, layanan jiwa merupakan layanan unggulan di sini,” sebutnya.
Sebagai satu-satunya rumah sakit jiwa tipe A di Sumatera Utara, RSJ Prof Muhammad Ildrem juga akan menjadi rumah sakit pengampu bagi 10 RS jiwa kabupaten/kota. Pengampuan ini mencakup peningkatan SDM, infrastruktur, dan layanan sesuai standar visitasi.
“Ini semua bagian dari tanggung jawab kita sebagai rumah sakit rujukan utama. Target kami, lama rawat (LOS) maksimal 35 hari. Dengan lingkungan yang nyaman, pasien bisa lebih cepat pulih dan kembali ke masyarakat,” terang Ismail.
Dia juga menyoroti perlunya dukungan pemerintah daerah terkait pembiayaan pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang tidak terdaftar BPJS.
Ia mendorong adanya kerja sama antara RSJ dan pemerintah kabupaten/kota melalui skema unregistered fund agar tidak ada pasien yang tertinggal.
“Pasien ODGJ rata-rata berasal dari keluarga ekonomi lemah. Negara harus hadir untuk mereka. Harus ada MoU dengan kabupaten/kota agar pembiayaan tidak terhambat,” tegasnya.
Dari sisi pendidikan dan pengembangan sumber daya, RSJ Prof Muhammad Ildrem juga telah menyiapkan langkah menuju akreditasi rumah sakit pendidikan. Rumah sakit ini juga menjadi tempat stase pendidikan bagi mahasiswa kedokteran, keperawatan, dan psikologi.
Lebih lanjut, Ismail menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam perawatan pasien, termasuk pendekatan spiritual.
“Kita ingin kembalikan pasien ke fitrahnya. Ketahanan mental seseorang bisa diperkuat dengan spiritualitas. Karena itu, tempat ibadah juga akan disiapkan,” ujarnya.
Data dari SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) menunjukkan, bahwa mayoritas pasien ODGJ berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara dan Mandailing Natal, dengan penyebab terbanyak adalah konflik keluarga, perceraian, tekanan ekonomi, dan masalah pekerjaan. (*)
Editor: M Idris
