PROSUMUT – Anggota DPRD Sumut Fraksi PDI Perjuangan, Poaradda Nababan mendukung dilakukannya pembukaan aktivitas belajar mengajar di sekolah melalui kurikulum khusus.
Hal ini merujuk pada hasil survei Gugah Nurani Indonesia (GNI) terkait efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dikhawatirkan mengarah kepada sindrom learning loss.
Istilah learning loss sendiri adalah hilangnya minat belajar pada pelajar, karena berkurangnya intensitas interaksi dengan guru saat proses pembelajaran.
Data survei GNI pada September 2020 dan Februari 2021 menunjukkan tren penurunan partisipasi belajar yang tajam.
Pada survei September 2020, dari 125 siswa yang memiliki hp android dan kuota internet, hanya 29,60 persen yang aktif belajar setiap hari. Angka itu berkurang drastis menjadi 13 persen pada survei Februari 2021.
Poaradda sendiri sendiri mendukung rencana pembukaan sekolah seiring meningkatnya jumlah orang yang divaksin.
Namun Ia mengingatkan bahwa pembukaan sekolah belum tentu berhasil mencegah terjadinya learning loss dalam skala yang lebih besar.
Mengutip studi yang dilakukan Carmen Belafi dan Michelle Kaffenberger dari Universitas Oxford Inggris, anggota DPRD Komisi E ini mengatakan krisis penurunan kemampuan belajar tidak akan berhenti, sekalipun sekolah dibuka kembali jika tidak ada pemulihan kemampuan belajar terlebih dahulu.
”Usaha untuk memulihkan kemampuan belajar siswa bisa diupayakan melalui penggunaan kurikulum khusus, melaksanakan asesmen siswa, menerapkan pembelajaran ter-diferensiasi, pelatihan dan pendampingan guru, serta melibatkan partisipasi masyarakat. Semua ini membutuhkan dukungan data yang valid,” tegasnya.
Dokter spesialis bedah ini mengatakan, penanganan learning loss tidak ada bedanya seperti melakukan operasi medis. Dokter tidak bisa melakukan operasi, tanpa membuat diagnosa terlebih dahulu.
Sebuah diagnosa baru bisa tegak, jika sebelumnya dilakukan berbagai macam test. Hasil tes ini yang membantu dokter membuat keputusan.
“Begitu pula dengan penanganan learning loss ini. Pemerintah seharusnya melakukan pemetaan yang spesifik untuk mengetahui kompetensi apa saja yang hilang, berapa banyak siswa yang kehilangan kompetensi, dan bagaimana cara mengatasinya,” tutupnya.
Pun begitu, dirinya tetap menekankan pentingnya kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 belum berakhir saat ini.
Sebagaimana pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) guna menyelamatkan perekonomian rakyat. Sehingga aktivitas berjalan, tetapi protokol kesehatan tidak diabaikan.
Sebelumnya GNI melakukan survei untuk melihat partisipasi belajar siswa setelah satu tahun sekolah ditutup.
Survei ini dilakukan pada Februari 2021 dengan melibatkan 200 anak sponsor GNI di Medan dan Deliserdang. (*)
Foto :