PROSUMUT – Sumut masih berpeluang mencetak deflasi pada bulan Juli ini. Karena, pada bulan Juli ini dibandingkan bulan Juni sebelumnya ada beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan.
Di antaranya adalah telur ayam yang rata-rata naik 7 persen. Selanjutnya harga cabai merah naik rata rata 21 persen, dan cabai rawit naik sekitar 71 persen.
Namun, ada beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan yaitu daging ayam turun 21 persen, bawang merah turun 31 persen, bawang putih turun 23 persen, minyak goreng turun 4 persen dan gula pasir turun 3 persen. Belum lagi memperhitungkan besaran penurunan pada komoditas tomat dan ikan segar.
“Jika merunut pada perkembangan harga tersebut, Sumut masih berpeluang untuk mencetak deflasi,” ujar pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, Rabu 29 Juli 2020.
Menurut dia, Sumut diperkirakan akan mencetak deflasi dikisaran 0,03 persen. Meskipun, bukan kabar yang menggembirakan namun sejumlah harga kebutuhan masyarakat sudah masuk dalam kondisi yang normal.
Sebagai contoh, harga cabai yang sudah berada dikisaran Rp 30 ribuan atau yang paling mahal sekitar Rp 33 ribu. Harganya sudah masuk dalam rentang angka yang ideal, sekalipun berada dalam batas maksimalnya.
Selanjutnya, tren perkembangan harga daging ayam yang saat ini di level Rp 27 ribuan, juga masuk dalam angka keekonomiannya. Bawang merah yang saat ini dijual dikisaran Rp 24 ribu hingga Rp 28 ribu, juga sudah bisa dikatakan mencapai harga ideal.
Meskipun, berharap harga di tingkat petani bawang merah bisa menjual di atas Rp 15 ribu per kilogram (kg). Kalaupun bawang merah di pedagang pengecer nantinya menjadi Rp 30 ribu per kg juga masih bisa dikatakan ideal.
“Untuk harga tomat juga demikian. Sempat naik di bulan Juni sekitar Rp 12 ribu per kg, saat ini harga tomat dijual pada level Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kg. Sementara di tingkat petani dikisaran Rp 3.500 per kg,” papar Gunawan.
Untuk itu, sambung dia, ke depan tidak berharap ada kenaikan lanjutan terhadap harga komoditas masyarakat. Diharapkan adanya kestabilan harga yang baik hingga pandemi ini berakhir.
Jangan sampai terjadi lonjakan harga yang signifikan yang menggerus pertumbuhan ekonomi nantinya, karena pertumbuhan ekonomi Sumut masih berpeluang minus di kuartal kedua 2020.
Kalau ditambah inflasi, ini sama saja masyarakat Sumut akan merasakan pendapatan berkurang namun harga keutuhan cenderung naik.
“Jangan sampai menyisahkan masalah sebesar itu. Inflasi di tengah pertumbuhan minus ini tidak baik, dan deflasi yang berkesinambungan juga tidak baik. Buruk bagi petani kita dan bisa membuat kenaikan harga pangan di pasar secara tiba-tiba,” tukasnya. (*)
Reporter : Rayyan Tarigan
Editor : Iqbal Hrp
Foto :