PROSUMUT – Sejak menghilang pada 8 Maret 2014, nasib pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 belum diketahui rimbanya. Hingga pesawat milik maskapai Malaysia Airlines itu masih menjadi bahan perbincangan.
Hilangnya pesawat tersebut mengundang para pakar untuk membuat berbagai teori yang bisa menjelaskan nasib Penerbangan MH370.
Terbaru adalah teori yang dikemukakan oleh seorang penulis Inggris, Christine Negroni. Menurut dia, hilangnya MH370 karena pilot kehilangan kesadaran akibat kehabisan oksigen.
Sebelumnya, Penerbangan MH370 yang membawa 239 penumpang dan awak menghilang saat terbang dari Malaysia ke China.
Nasib pesawat milik Malaysia Airlines itu hingga kini belum diketahui. Bangkai pesawatnya bahkan masih belum ditemukan.
Negroni menduga Penerbangan MH370 mengalami kecelakaan setelah terjadi dekompresi (kehilangan tekanan) tak terkontrol di dalam kabin.
Dekompresi tersebut menyebabkan pasokan oksigen bagi para penumpang menjadi berkurang drastis hingga hanya bisa bertahan untuk waktu 15 menit saja.
Dia yakin kapten Penerbangan MH370, Zaharie Ahmad Shah, bersama kopilot Fariq Abdul Hamid yang berada di dalam kokpit mungkin sedang istirahat pada saat itu.
Sementara akibat kekurangan oksigen, seluruh awak dan penumpang di kabin tewas. Namun Hamid dan Fariq terhindar dari efek terburuknya karena terisolasi di dalam kokpit.
Tetapi, menurut teori Negroni, walaupun tidak meninggal, otak kedua pilot tetap mengalami kekurangan oksigen.
Akibatnya, mereka membuat serangkaian pilihan aneh ketika mencoba melakukan penyelamatan terhadap pesawata itu.
Akhirnya, mereka tidak mampu menghentikan pesawat yang meluncur jatuh ke laut, yang diyakini para penyelidik ada di suatu tempat di Samudra Hindia.
“Oksigen yang tersedia untuk para penumpang hanya bisa bertahan sekitar 15 menit. Sehingga para penumpang semuanya tewas jauh sebelum pesawat itu jatuh ke laut,” kata Negroni.
Namun sebelum itu, tambah Negroni, saat pesawat menuju ke selatan, kedua pilot sudah dalam keadaan tidak sadar diri akibat kehabisan oksigen.
“Pesawat mulai menuju selatan. Apa pun waktunya, itulah periode di mana saya percaya mereka sudah tidak sadarkan diri,” kata pengarang The Crash Detectives: Investigating the World’s Most Mysterious Air Disasters itu kepada Daily Star.
Negroni percaya kabin mengalami dekompresi 38 menit setelah pesawat terbang. Mereka kemudian gagal melakukan kontak karena mengalami kegagalan listrik.
” Tidak ada yang bisa dilakukan pilot, setelah pesawat mengalami berbagai masalah ini. Selain itu pilot juga mengalami hipoksia, tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Dan semua ini masuk akal,” jelas Negroni.
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. (*)