Prosumut
Ekonomi

YLKI Sebut Pungli Paling Banyak di Pelabuhan

PROSUMUT – Pengawasan di pelabuhan sampai saat ini masih sangat lemah dan banyak pungli. Bahkan masih ditemukan kapal yang berlayar tapi sebenarnya tak layak layar khususnya kapal rakyat. Hal ini dikatakan oleh Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus AbadiR.

Dikatakannya,dari sisi infrastruktur, yang paling penting sekarang adanya xray (sinar x), seperti di bandara. Bagaimana kalau ada serangan teroris dan narkoba, siapa yang mengontrol, padahal di laut. “Xray ini harus disediakan regulator sebagai infrastruktur,” ujarnya Selasa (2/7).

BACA JUGA:  Realme C85 Series, Smartphone Tangguh dan Dapat Diandalkan di Kondisi Ekstrem

Untuk xray misalnya operator setuju seperti PT ASDP Indonesia Ferry. Tapi mereka yang tidak sanggup karena harganya mahal dan harusnya memang menjadi tanggung jawab regulator, khususnya untuk pelabuhan besar, seperti Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung perak, dan lain-lain.

Selain itu, infrastruktur untuk penanganan bagasi penumpang juga masih buruk dan harus ditata. Jika di bandar udara, bagasi penumpang didaftarkan, ditimbang dan dimasukkan ke dalam pesawat dengan ban berjalan dan petugas khusus, sementara di pelabuhan barang bawaan masih ditenteng oleh penumpang atau porter.

BACA JUGA:  Pertamina Patra Niaga Sumbagut Perkuat Upaya Pemulihan Sibolga dengan Dukungan Energi

“Akibatnya, barang bawaan atau bagasi penumpang kapal melebihi kapasitas berat yang ditentukan,” ujarnya.

Terkait lemahnya pengawasan dan infrastruktur di pelabuhan ini, seringkali pelabuhan-pelabuhan di perbatasan dimanfaatkan untuk perdagangan narkotika.

BACA JUGA:  Cek Fakta Kondisi BBM di Medan, Sejumlah SPBU Kehabisan Stok

Dalam hal barang bawaan penumpang yang melebihi kapasitas dan terjadinya transaksi narkotika biasanya pihak kapal disalahkan. Padahal, kapal fungsinya seperti pesawat udara, yaitu hanya sebagai sarana pengangkut, sementara fungsi seleksi barang atau bagasi ada di pelabuhan.

“Layanan setara bandara di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia sangat dimungkinkan sepanjang ada kemauan dari regulator,”pungkasnya.(*)

Konten Terkait

BPJS Menunggak Utang Rp9,1 T, Menkeu Ogah Bayar Penuh

Editor prosumut.com

AEM Special Meeting 2022, Mendag Lutfi Bicara Relevansi ASEAN

Editor prosumut.com

Harga Tempe dan Tahu Naik, Ini Penyebabnya

Editor Prosumut.com

Timezone Plaza Medan Fair Perluas Area, Banyak Permainan Terbaru dan Lebih Seru

Editor prosumut.com

Meski Inflasi Sumut Rendah Tapi Harga Sulit Dikendalikan

Val Vasco Venedict

Bisnis Raksasa Pak Ci, Kisah Kantor Konsultan di Garasi Tak Terpakai

valdesz
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara