PROSUMUT – Kebiasaan menghirup lem atau juga kerap disebut ‘ngelem’, hingga kini masih menjadi persoalan yang lazim ditengah-tengah masyarakat.
Kebiasaan buruk ini biasanya banyak ditemui terutama pada anak jalanan, atau juga anak-anak yang memiliki latar belakang sosial yang rendah.
Pengamat Kesehatan Sumut, Destanul Aulia mengatakan, perilaku ngelem ini memang dapat menimbulkan efek kecanduan bila selalu dihirup.
Akan tetapi di satu sisi, perilaku ini bisa memberikan dampak negatif bagi kesehatan baik jangka pendek mau panjang.
“Dampak jangka pendeknya dapat menimbulkan efek halusinasi yang akan membawa pikiran ke alam bawah sadar. Sehingga penggunanya dapat berbicara sendiri, serta sempoyongan yang gejalanya hampir mirip dengan orang yang meminum alkohol,” ungkapnya kepada wartawan di Medan, baru-baru ini.
Sedangkan untuk dampak jangka panjang, jelas Destanul, kebiasaan ini dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
Antara lain, sistem pernapasan, fungsi otak, bahkan dapat menyebabkan kematian.
“Ini merupakan masalah sosial yang berdampak kepada kesehatan masyarakat yang serius. Biasanya, terjadi akibat penggunanya tidak tahan menerima tekanan hidup dan ingin merasa menjadi bebas tanpa harus diatur norma masyarakat,” jelasnya.
Hanya saja, Destanul menyayangkan, masyarakat dan pemerintah lebih memilih untuk mendiamkan perilaku buruk ini.
Karenanya, perilaku ini dikhawatirkan akan terus merebak dan menjadi satu alternatif dari para generasi penerus bangsa dalam berbuat hal yang merugikan dirinya.
“Ini juga merupakan fenomena yang menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat bukan hanya masalah sektor kesehatan saja, melainkan hampir di semua sektor terutama sosial, pendidikan dan ekonomi. Tapi dampak yang dirasakan paling besar tentu berada pada sektor kesehatan,” tandasnya.(*)