PROSUMUT — Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank secara resmi meluncurkan Desa Devisa Lada Sambas beberapa waktu (9 Desember 2022). Program Desa Devisa ini merupakan proyek kolaborasi Indonesia Eximbank bersama PT BNI (Persero) dan Rumah BUMN Wilayah Kalimantan Barat.
Peresmian tersebut disampaikan dalam acara Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) di Pontianak, Kalimantan Barat dan disaksikan secara daring oleh menteri Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, menteri Badan Usaha Milik Negara, beserta gubernur Kalimantan Barat.
Direktur Hubungan Kelembagaan LPEI Chesna F Anwar mengungkapkan, sinergi ini
merupakan salah satu pendekatan yang diambil oleh Lembaga untuk membentuk Desa Devisa.
Hal ini dilakukan untuk mengeskalasi peluang ekspor komoditi-komoditi unggulan berbagai
daerah sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani di Indonesia.
“Kolaborasi LPEI dengan institusi lain diharapkan dapat memperkuat program pendampingan yang akan diberikan kepada para petani lada Sambas sehingga dapat mempercepat tercapainya mandat kami untuk memperkuat ekspor nasional,” ujar Chesna dalam keterangan tertulis yang diterima, 25 Desember 2022.
Desa Devisa Klaster Lada Sambas akan mendampingi sebanyak 629 petani lada yang memiliki lahan produktif seluas 213 hektar.
Kapasitas produksi 200 ton biji kering per tahunnya saat ini yang berada di dua belas desa di Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, antara lain Desa Sendoyan, Sulung, Penakalan, Sekuduk, Piantus, Setalik, Parit Raja, Perigi Landu, Senujuh, Perigi Limus, Semanga, dan Sepantai.
Lada Sambas sendiri memiliki keunikan berupa karakteristik cita rasa dan aroma khas.
Keunggulan ini menjadi modal bagi lada Sambas untuk merambah pasar ekspor, ditambah dengan pendampingan dan pelatihan yang diberikan kepada petani dan koperasi untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sehingga mampu memproduksi lada yang lebih berkualitas dari yang lain.
Melalui Koperasi Srikandi Jaya Sambas, lada Sambas saat ini telah dipasarkan dalam bentuk olahan lada bubuk dengan merk Batu Layar dan telah menembus pasar Malaysia.
Chesna melanjutkan, pelatihan yang diberikan kepada petani dan koperasinya akan dilakukan secara berkesinambungan hingga produk lada Sambas menembus pasar internasional.
“Kedepannya, LPEI juga akan terus bersinergi membangun desa-desa melalui Program Desa
Devisa untuk mendorong partisipasi masyarakat desa dalam rantai ekspor global. Kami harap melalui program ini banyak desa di Indonesia dapat menghasilkan devisa dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara melalui kegiatan ekspor,” tutup Chesna.
Program Desa Devisa merupakan salah satu program yang diinisiasi oleh Indonesia Eximbank yang diberikan kepada klaster penghasil komoditas unggulan dengan memiliki potensi ekspor.
Tujuan Desa Devisa adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta daya saing komoditas yang sesuai dengan standar ekspor dan dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. (*)
Reporter : Nastasia
Editor : Rayyan Tarigan