Prosumut
Personel Brimob Polda Sumut mengevakuasi korban banjir dan longsor di Desa Garoga, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan.
Lingkungan

Kerusakan Lingkungan Diduga Pemicu Banjir dan Longsor di Sumut

PROSUMUT – Bencana banjir dan longsor yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Utara (Sumut) baru-baru ini, diduga dipicu akibat kerusakan lingkungan.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), dr Sofyan Tan mengatakan bahwa bencana yang dihadapi warga saat ini bukan sekadar dari munculnya siklon tropis senyar.

Akan tetapi, lebih pada akibat perbuatan tangan manusia yang sudah sedemikian rupa merusak lingkungan mulai dari hulu hingga ke hilir.

“Pada daerah hulu, debit air yang tinggi sudah tidak tertahan lagi oleh akar-akar pohon karena pohonnya sendiri sudah menjadi gelondongan kayu akibat pembalakan liar dan izin ugal-ugalan terhadap perusahaan penebang pohon dan perusahaan tambang.

Lalu di daerah hilir dan tepian sungai, sampah-sampah sudah menggunung menutupi saluran air dan sungai, sehingga terjadi pendangkalan dan drainase tidak bisa dengan cepat mengalirkan curah hujan yang turun,” kata Sofyan Tan dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Sabtu 29 November 2025.

Menurutnya, perlu ada terobosan kebijakan yang berani oleh pemerintah dalam menghentikan aksi pembalakan liar dan menutup izin perambahan hutan serta tambang yang merusak ekosistem lingkungan.

Selain itu, ada kebijakan yang tegas dalam menertibkan masyarakat dalam hal pengolahan dan pembuangan sampah.

“Ini sudah menjadi bencana ekologis yang berulang setiap tahunnya. Persis setahun yang lalu juga terjadi dan hari ini dampaknya lebih besar.

Hal itu artinya harus ada kebijakan yang tegas dalam menghentikan kerusakan lingkungan dan aturan yang tegas dalam pengolahan dan pembuangan sampah di masyarakat,” pungkas Sofyan Tan yang juga Anggota DPR RI Komisi X.

Sementara itu, informasi yang diperoleh dari Bidang Humas Polda Sumut, tercatat 488 kejadian bencana alam meliputi tanah longsor, banjir, pohon tumbang, dan angin puting beliung yang tersebar di 21 wilayah hukum Polres jajaran.

Bencana ini menimbulkan dampak signifikan, tercatat 1.076 korban (147 meninggal dunia, 32 luka berat, 722 luka ringan, dan 174 masih dalam pencarian) serta 28.427 pengungsi.

Wilayah paling terdampak berada di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), yang mencatat 56 kejadian bencana dengan 691 korban, termasuk 47 meninggal dunia dan 51 masih dalam pencarian.

Di wilayah Kota Sibolga, tercatat 33 korban meninggal dunia dengan 56 orang dinyatakan hilang.

Sementara itu, Taput, Tapsel, dan Madina juga mengalami peningkatan jumlah longsor dan banjir yang memaksa ribuan warga mengungsi. (*)

Editor: M Idris

Konten Terkait

Pertamina Patra Niaga FT Pematang Siantar Dukung Wisata Edukasi Konservasi Gajah di Aek Nauli

Editor prosumut.com

Langkat Ingin Percepatan Rehabilitasi Mangrove

Editor prosumut.com

Lestarikan Lingkungan Belawan, Pertagas ONSA Tanam 500 Mangrove

Editor prosumut.com

Berkunjung ke Orang Utan Haven, Sofyan Tan Minta Pemkab Deli Serdang Gali Potensi Wisata hingga Lingkungan

Editor prosumut.com

Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, PLN UP2B Sumbagut Lakukan Penghijauan

Editor prosumut.com

Semarakkan Hari Bumi, SMSI Medan Ikut Tanam Pohon di Bantaran Sungai

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara